Translate

Rabu, 01 Juli 2020

CHARACTERS DURING PANDEMIC
(KARAKTER DISAAT PANDEMI)
ROMA 12 : 2
 JANGANLAH MAU MENJADI SERUPA DENGAN DUNIA INI, TETAPI BERUBAHLAH OLEH PEMBAHARUAN BUDIMU, SEHINGGA KAMU DAPAT MEMBEDAKAN MANAKAH KEHENDAK ALLAH: APA YANG BAIK, YANG BERKENAN KEPADA ALLAH DAN YANG SEMPURNA
Pandemi Covid-19 khususnya di Indonesia ternyata belum menunjukkan tanda-tanda penurunan dari yang terdampak bahkan meningkat tajam pasca lebaran 2020. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan jumlah yang tertular namun karena banyak hal, kondisi stabil dan membaik masih jauh dari harapan. Kondisi ini bagai efek domino juga melebar ke sektor lain seperti ekonomi, kehidupan sosial, budaya, keamanan bahkan politik. Untuk itu dibutuhkan suatu sikap diri dari setiap anggota masyarakat termasuk komunitas gereja untuk menghadapi pandemi yang diprediksi belum akan berakhir sampai akhir tahun 2020. Sikap diri yang dimaksud adalah masalah karakter.
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, watak, akhlak atau budi pekerti yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain.
Ada banyak jenis karakter, namun kali ini kita membahas 5 karakter yang dominan kita butuhkan di masa pandemi agar bukan hanya dengan berkarakter salah satu, beberapa atau kelimanya kita dapat selamat dan sehat dari Covid-19 namun juga tetap memiliki relasi yang baik dengan sesama.
Karakter-karakter tersebut adalah:
1. PENGUASAAN DIRI (WILFUL RESTRAIN)
Penguasaan diri adalah buah roh kesembilan yang disebutkan dalam Galatia 5 : 22 – 23. Penting sekali kita memiliki karakter ini di dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Orang yang tak dapat mengendalikan diri menurut Amsal 25 : 28 adalah bagaikan kota yang roboh temboknya. Bisa kita bayangkan jika suatu tembok yang melindungi kota dari serbuan lawan tentunya akan mudah untuk dikalahkan. Demikian pula di masa Pandemi ini jika kita tidak dapat mengendalikan atau menguasai diri maka Virus Corona akan dengan mudah mengalahkan kesehatan kita. Penguasaan diri yang dimaksud berupa menahan diri untuk tidak seenaknya keluar rumah kecuali untuk keadaan mendesak atau darurat. Juga menahan diri untuk sementara waktu tidak kumpul-kumpul dengan kerumunan banyak orang karena alasan bosan terus menerus di rumah dan berkomunikasi online yang memang tidak sehangat jika dilakukan saat offline. Untuk anak muda yang memang dinamis dan proaktif tentunya penguasaan diri di masa terbatasnya aktifitas tentunya sangat berat. Titus 2 : 6 mengingatkan kepada kaum muda agar dapat menguasai diri dalam segala hal, termasuk untuk sementara waktu membatasi aktifitas di luar rumah dan mengoptimalkan media online untuk melakukan segala hal.
2. KESABARAN (LONGSUFFERING)
Saya menggunakan kata Longsuffering (bukan Patience) sesuai dengan kata yang dimaksud dalam buah Roh keempat yaitu Kesabaran. Suatu kesabaran yang tepat sekali digunakan di masa Pandemi yang menurut pandangan umum penuh dengan penderitaan. Selain itu Kesabaran yang dimaksud juga menekankan kepada Ketenangan sehingga walaupun di mana-mana terjadi kepanikan dan ketakutan massal tapi di dalam Tuhan kita tetap tenang. Kesabaran bermakna kemauan keras yang harus takluk kepada proses waktu. Ketidak sabaran mudah terjadi di masa menunggu berkurangnya atau berlalunya masa pandemi. Pada proses penungguan tersebut tentu dapat menimbulkan ketidak sabaran yang dapat memicu karakter negatif lainnya seperti: resah, marah, emosi, pertengkaran yang tentunya kemungkinan terbesar terjadi dalam keluarga karena terus menerus bersama dalam 24 jam, perkataan tidak baik bahkan terimbas kepada kondisi kesehatan jasmani seperti jantung berdetak kencang, stress yang dapat melemahkan sistem imunitas tubuh yang justru seharusnya menguat agar tak takluk dengan Covid-19. Kesabaran itu menenangkan dan menguatkan serta penuh daya. Yesaya 30 : 15 menyatakan: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”
3. KERENDAHAN HATI (HUMILITY)
Kerendahan hati adalah karakter yang terus menerus harus dilatih. Kerendahan hati membuat kita bisa menerima siapapun. Petunjuk dan arahan dari pemerintah, pimpinan sinodal maupun gembala lokal dapat dengan mudah kita terima dan jalankan yang tentunya untuk kebaikan diri kita sendiri di masa Pandemi ini. Humility juga bermakna kesederhanaan. Di situasi sulit baik kesehatan dan ekonomi saat ini, memampukan kita untuk menahan diri untuk menampilkan gaya hidup sederhana, berhemat, dan tidak memamerkan diri melalui media massa bahwa kita sanggup secara ekonomi melalui masa-masa pandemi yang sulit ini sehingga mengesankan kesombongan yang dirohaniahkan. Matius 11 : 29 menyatakan: “Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-KU, karena AKU lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”
Mari kita belajar dari Kristus yang rendah hati karena selain kerendahan hati kita juga akan mendapatkan kelemah-lembutan yang mana akan menghasilkan jiwa yang tenang.
4. MUDAH BERADAPTASI (ADAPTABILITY)
Adaptasi adalah cara dan strategi bagaimana kita mampu mengatasi atau mengimbangi berbagai tekanan dalam kehidupan apapun dan semendadak apapun tekanan tersebut seperti di masa pandemi saat ini. Jangan pernah berpikir dan berharap bahwa keadaan hidup akan terus stabil tanpa gejolak dan tekanan. Anak-anak Tuhan mestinya memiliki karakter ini karena fokus imannya adalah kebenaran dan keselamatan kekal di dalam Kristus Yesus bukan pada masalah yang mungkin terasa berat dan sangat mengancam dalam konteks pendek, menengah maupun panjang.
Adaptasi juga melahirkan inovasi dan kreatifitas untuk survive khususnya mengenai ekonomi keluarga yang sudah kita bahas di pertemuan sebelumnya. Pedoman dasar sebagai landasan adaptasi di masa sulit ini bisa kita camkan dari Matius 6 : 26 yang menegaskan: “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?. Perhatikan, penegasan tidak menabur dan menuai, mengumpulkan bekal yang artinya tidak tahu apakah ada yang bisa dimakan atau tidak di hari berikutnya, ternyata juga tetap dipelihara kehidupannya, apalagi kita manusia ciptaanNYA! Dalam konteks pelayanan juga kita diingatkan akan 2 Timotius 4 : 2 yang menyatakan: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.”  Berdasarkan kebenaran Firman Tuhan ini, kita diingatkan di semua aspek kehidupan, baik maupun tidak baik semestinya kita mampu beradaptasi. Siapapun yang mampu beradaptasi, dia siap dengan semua keadaan dan tekanan yang menghadang perjalanan kehidupan jasmani maupun rohaninya.
5. SUKA MEMBERI (GIVER)
Memberi? Di masa sulit? Mengapa tidak? Ayo belajar dari janda miskin sebagaimana yang dikisahkan Kristus dalam Lukas 21 : 1 – 4, Tuhan Yesus menegaskan bahwa persembahan dua peser dari janda miskin adalah lebih banyak daripada persembahan semua orang kaya di bait Allah karena si janda miskin memberi dari kekurangannya bahkan seluruh nafkahnya sedangkan orang-orang kaya tersebut dari kelimpahannya. Memberi seperti apa yang dikehendaki Allah di masa sulit ini? Memberi dengan keyakinan bahwa Allah memelihara seluruh hidupnya, bukan dengan motivasi kalau memberi akan diberi kembali, tulus dan dengan sukacita. Kesulitan dalam memberi dengan tulus sebenarnya karena kekhawatiran akan hari esok akan apa yang akan dimakan dan dipakai. Namun ketika kita telah melakukannya maka akan ada sukacita luarbiasa di dalam hati yang akan memberi spirit untuk optimal di dalam melakukan karya karena bisa menjadi berkat bagi sesama.
Setiap anak Tuhan mestinya memiliki karakter yang kuat akan kelimanya, karena dengan demikian akan membuat seseorang tetap bersinar memancarkan kemuliaan Tuhan.
Kita tidak tahu kapan pandemi  ini benar-benar berakhir, fokuslah kepada pengharapan akan kasih dan pemeliharaan Tuhan (God Providentia) bukan kepada masalah atau tekanan itu sendiri. Tindakan yang nyata adalah meminta pembaharuan budi atau karakter kepada Roh Kudus, maka kita tidak serupa lagi dengan dunia ini. Pembaharuan karakter memberikan kita hikmat untuk mengetahui kehendak Allah di masa pandemi ini. Pemeliharaan Tuhan itu indah dan nyata sehingga tidak heran jika di masa pandemi ini anak-anak Tuhan justru lebih kuat dalam menaikkan syukur dan terimakasih kepadaNYA. Amin, Tuhan Yesus Memberkati!
 
Pertanyaan Diskusi:
1. Apa yang paling mengkhawatirkan anda selama pandemi ini? Ketertularan, Apa yang akan dimakan, pendidikan anak, kehilangan pekerjaan atau lainnya?
2. Menurut Anda, mengapa kita sulit memiliki salah satu atau seluruh karakter tersebut?
3. Dari kelima karakter tersebut, karakter mana yang ada pada anda? Ceritakan dengan kesaksian hidup yang telah anda lewati!
 
Bahan Cell Group Gabungan Via Online
Gereja Methodist Indonesia Efrata Parung Panjang
Rabu, 17 Juni 2020

Sabtu, 16 Mei 2020

FLEXITARIAN Saor R.S.S.S. Panjaitan

FLEXITARIAN
YOHANES 14 : 21
Shalom, Jemaat yang dikasihi Kristus, kita akan mendengarkan Firman Tuhan namun sebelumnya mari kita berdoa....
Hari ini kita akan merenungkan dan menghayati kebenaran Firman Tuhan dengan thema Flexitarian dan Nats yang menjadi dasar pemberitaan diambil dari Yohanes 14 : 21, Demikian Firman Tuhan: “Barangsiapa memegang perintah-KU dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barang siapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”
Pada mulanya sejak manusia diciptakan Allah, perintah kepada manusia untuk apa yang akan dimakannya adalah segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji, demikian Kejadian 1 : 29 – 30 menyatakannya. Itu artinya manusia awalnya bukanlah pemakan daging atau carnivora maupun omnivora melainkan herbivora dan bisa dikatakan sebagai vegetarian sejati. Barulah pasca air bah, Allah menyuruh manusia untuk boleh memakan segala yang bergerak, yang hidup dengan pengecualian tanpa darah untuk dapat dimakan. Itu artinya diperbolehkan memakan daging hewan sebagaimana yang disebut dalam Kejadian 9 : 3 – 4.
Pada Daniel 1 : 12 – 16 Daniel, Hananya, Misael dan Azarya juga berketetapan melakukan pola makan vegetarian dengan hanya memakan sayuran dan minum air serta tidak menajiskan diri mereka dengan santapan raja dan anggur yang biasa diminumnya. Suatu ketetapan hati yang bukan hanya menjaga kekudusan hidup namun ternyata juga menghasilkan kebijaksanaan dan pengertian yang sepuluh kali lebih cerdas daripada semua orang berilmu dan ahli jampi diseluruh kerajaan Babel.
Vegetarian adalah orang yang karena alasan keagamaan atau keyakinan ataupun juga kesehatan tidak memakan daging tetapi hanya sayuran dan hasil dari tumbuhan seperti buah-buahan dan umbi-umbian.
Sedangkan Fleksitarian yang menjadi thema ibadah minggu ini adalah orang yang utamanya memakan makanan vegetarian, tetapi terkadang juga makan makanan non vegetarian. Flexitarian bukanlah vegetarian sejati, masih ada berbagai alasan, dalih atau pengecualian dalam prinsip kevegetarianannya yang justru sebenarnya tidak benar jika disebut vegetarian.
Saluran berita televisi kabel MSNBC yang mengudara 24 jam di Amerika Serikat dan Kanada pernah menayangkan suatu kelompok vegetarian baru. Salah satu yang mereka wawancarai adalah Christy Pugh yang berusia 28 tahun. Pernyataannya menggambarkan cara pandang dari kelompok yang menyebut dirinya Flexitarian ini. Christy mengatakan bahwa ia biasanya makan sayur-sayuran namun juga sangat menyukai dan memakan sosis yang tentunya bahan dasarnya terbuat dari daging-dagingan. Flexitarian menyatakan dirinya vegetarian namun tidak bisa berkomitmen 100% untuk taat asas.
Dari sudut pandang rohani tipe Flexitarian ternyata umum terjadi pada orang-orang Kristen yang mengaku percaya kepada Kristus dan meyakini serta menaati FirmanNYA namun tidak memiliki komitmen 100% dalam implementasi imannya.
Flexitarian rohaniah (istilah yang saya coba kembangkan sendiri) menyatakan bahwa:
Saya mengasihi Tuhan namun tidak terlalu suka jika dilibatkan dalam pelayanan orang miskin.
Saya mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama sebagaimana saya mengasihi diri saya sendiri namun maaf, saya tidak bisa mengampuni mereka yang telah menyakiti saya, bahkan saya meminta Tuhan supaya menghukum mereka sesegera mungkin!
Saya setuju bahwa mencuri adalah perbuatan dosa sebagaimana yang diatur dalam Hukum Taurat, namun demi memenuhi kebutuhan keluarga saya maka rasanya wajar-wajar saja jika saya meminta komisi dari rekanan atau sekedar meminta uang jasa dalam tugas saya sebagai aparatur negara karena toh negara tidak tahu dan uang itu saya gunakan untuk keluarga yang saya kasihi.
Saya mengimani bahwa Allah Maha Kudus dan Maha Kuasa. Dia mampu menyembuhkan segala masalah kehidupan bahkan penyakit saya, namun tentunya Allah menginginkan kita juga untuk berusaha, jadi jika saya ke dukun atau paranormal demi kesembuhan penyakit saya maka itu sah-sah saja.
Saya percaya dan patuh pada Firman Tuhan yang menyatakan bahwa tubuh ini adalah bait Roh Kudus namun tetap melakukan kebiasaan meminum, memakan atau menggunakan segala sesuatu yang dapat merusak tubuh bahkan masih melakukan percabulan dan perzinahan!
Para Flexitarian Rohaniah mencintai Tuhan Yesus dan percaya bahwa hanya melalui dia ada keselamatan kekal namun tidak bisa berkomitmen 100%. Jika diingatkan akan panggilannya sebagai orang percaya maka alasan klasik yang sering digunakan adalah bahwa kita masih manusia, masih penuh kelemahan, tidak ada orang yang tidak berdosa, masih tinggal di dunia ini, tidak ada manusia yang sempurna dan berbagai alasan sejenis lainnya. Alasan-alasan yang biasanya akan merantai pertumbuhan rohani kita sehingga tidak pernah mencapai kedewasaan rohani. Lebih celakanya lagi jika ucapan-ucapan seperti itu dikeluarkan oleh mereka yang sudah terlibat di dalam pelayanan karena biasanya akan mengganggu bahkan merusak harmonisasi relasi antar pelayan dan kemudian melebar ke jemaat. Tidak heran jika suatu jemaat tidak pernah mengalami perubahan dan kemajuan rohaniah karena kebiasaan-kebiasaan yang masih ber-flexitarian dalam kehidupan rohaniahnya.
Mari kita simak dan renungkan kembali apa yang dikatakan Kristus dalam Yohanes 14 : 21 yang menjadi nats thema ibadah kali ini. Kristus menegaskan bahwa jika saya dan anda memegang perintahNYA dan melakukannya, perhatikan, MEMEGANG PERINTAHNYA DAN MELAKUKANNYA, maka saya dan anda mengasihi Kristus dan akan dikasihi oleh Allah Bapa dan Kristuspun akan mengasihi saya dan anda, dan Kristus akan menyatakan diriNYA kepada saya dan anda!
Firman Tuhan di dalam 1 Petrus 1 : 15 - 16 menyatakan bahwa Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Dimana Allah hadir menyatakan diriNYA maka kuduslah tempat itu. Ketika Allah menemui Musa melalui nyala api yang keluar dari semak duri di Gunung Horeb dan lalu Musa hendak mendekatinya, serta merta,  sebagaimana yang tertulis dalam Keluaran 3 : 4 - 5 Allah berseru: “Musa, Musa!” Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, dimana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” Perhatikan, pendekatan Allah kepada Musa berada di tempat yang nyata dan terlihat oleh mata jasmaniah. Artinya kekudusan bukan hanya perihal rohaniah namun juga jasmaniah sehingga kita tidak bisa seenaknya berdalih bahwa kita masih hidup dalam daging dan berada di dunia.
Ini artinya baik di dunia ini maupun ketika kita sudah dipanggilNYA tidak ada wilayah abu-abu, tidak ada kompromistis, tidak ada yang namanya pengecualian dan dalih apapun jika dikaitkan dengan kekudusan hidup! Saya dan anda dituntut menjalani kehidupan yang berpadanan dengan pernyataan iman saya dan anda dan untuk itu semestinya memegang teguh perintahNYA dan mengasihiNYA!
Siapapun yang menyatakan bahwa dirinya adalah pengikut Kristus harus berkomitmen total dan menyeluruh. Jangan menampilkan diri seperti Orang Muda kaya sebagaimana yang disampaikan Kristus dalam Matius 19 : 16 - 22, semua kesalehan hidup sebagaimana yang diperintahkan oleh hukum Tuhan sudah dilakukannya, namun ketika diperintahkan untuk menjual segala miliknya dan memberikannya kepada orang-orang miskin untuk kemudian mengikuti Yesus hatinya menolak dengan kesedihan karena begitu banyaknya hartanya. Seperti anak muda yang kaya tersebut mungkin saya dan anda ingin menjadi cukup dekat dengan Kristus agar mendapatkan hidup yang kekal di kerajaanNYA namun tidak begitu dekat sehingga tidak mau berkorban.
Flexitarian menggambarkan dengan jelas perihal orang-orang yang hanya berkomitmen dalam perkataan dan penampilan diri yang dipoles sedemikian rupa namun tetap berkomporomi dan melakuan berbagai pengecualian dalam implementasi imannya. Sesungguhnya para pendalih ini tidak akan pernah berkenan di hadapan Allah, keselamatan kekal bukanlah bagiannya. Adakah sebenarnya saya dan anda adalah Sang Flexitarian itu sendiri? Hanya Allah dan diri kita masing-masing yang mengetahuinya dengan baik! Amin, Tuhan Yesus Memberkati. Mari kita berdoa!

Khotbah Ibadah Minggu 17 Mei 2020
Gereja Methodist Indonesia Efrata Parung Panjang

Selasa, 12 Mei 2020

PERAN BAPAK DI MASA SULIT

PERAN BAPAK DI MASA SULIT
 Yosua 24 : 15
LS. Saor R.S.S.S. Panjaitan
Baik di Timur maupun Barat peran Bapak dianggap sebagai tulang punggung keluarga atau sumber penghasilan yang berkonsekuensi eksistensinya menjadi teralianasi karena melulu beraktifitas dengan dunia kerja yang dilakukan di luar rumah.
Masalahnya adalah ketika masa sulit seperti saat ini dengan pandemi Covid-19 mau tidak mau keberadaan Bapak harus berada di rumah baik dikarenakan PHK tetap, sementara maupun kerja yang dilakukan di rumah atau Work From Home (WFH). Apapun status pekerjaan sang Bapak, yang pasti dia terlihat berada di rumah yang mau tak mau harus diperhitungkan keberadaannya demikian pula sebaliknya si Bapak memperhitungkan anggota keluarga lainnya baik saat tidak bekerja maupun WFH. Dibutuhkan adaptasi dan ketrampilan menggunakan waktu antara melakukan tugas kantor maupun dalam berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya.
Bapak yang kurang menyadari fungsi dan peranannya di rumah akan kehilangan tempat baik urusan rumah tangga, pendidikan anak, pekerjaannya sendiri maupun kebutuhan jasmani maupun rohani sehari-hari bagi anak-anaknya. Suatu peran managerial yang sebenarnya harus dilakukan yang selama ini sering kali bagi kebanyakan keluarga Kristen diserahkan pada Ibu.
Jika kita identifikasi maka tugas pokok dari seorang Bapak adalah:
  1. Tulang punggung ekonomi keluarga
    Ini adalah tugas berat yang harus dilakukan karena memang harus berusaha di luar juga menyita waktu terbesar dari eksistensinya sebagai anggota maupun kepala keluarga
  2. Penuh pengertian dan mengondisikan rasa aman
    Sebagai suami para lelaki harus mampu memberikan suasana yang akrab, mesra dan penuh pengertian dan aman kepada pasangannya. Hal-hal yang sering terabaikan dalam perjalanan rumah tangga karena kesibukan atas pekerjaan dan merasa bahwa hal-hal demikian tidak perlu lagi diperlihatkan dalam perjalanan rumah tangga. Keributan dalam rumah sering dipicu karena peran suami yang tidak menyadari akan kebutuhan hal ini bagi isteri dan anak-anaknya.
  3. Kontribusi atas pendidikan anak
    Seorang Bapak tidak hanya menyiapkan dana pendidikan bagi anak-anaknya, namun mempunyai peranan sebagai pengarah yang mampu melihat bakat dan kemampuan akademik anak. Selain itu masalah ‘KETELADANAN’ dapat menjadi model referensi pertama bagi tiap anak lelakinya sementara bagi anak perempuannya Bapak harus mampu memperlihatkan kemauan dan kemampuan dalam melindunginya. Kedua peran tersebut akan membentuk anak-anak bagaimana di masa depan mengambil peranan yang tepat jika telah berkeluarga.
  4. Sebagai imam bagi keluarga
    Peran imam bukan hanya sebagai pendoa dan pemenuh kebutuhan rohani bagi keluarganya namun juga menciptakan dan memelihara kehidupan rohani yang konsisten dan berkelanjutan.
Masa Pandemi yang cukup berat ini sering menjadi masalah karena peran-peran tersebut di atas jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan di kondisi normal oleh karena itu ketika masa tidak normal atau krisis datang tentunya sulit bagi seorang Bapak untuk tiba-tiba melakukannya.
Bagaimana mungkin seorang Bapak akan tiba-tiba secara konsisten dan berkelanjutan mengadakan dan memimpin ibadah baik mingguan, maupun harian yang mencakup doa dan saat teduh bersama?
Meskipun Gereja sudah menyediakan panduan dan materi ibadah serta materi khotbah namun pada kenyataannya sulit untuk dijalankan karena sang Bapak tidak membiasakannya terlebih lagi jika ternyata sang Bapak jarang ke gereja, tidak terlibat pelayanan di gereja, jarang mengikuti pembelajaran Alkitab seperti cell group bahkan tidak pernah terlihat berdoa oleh isteri maupun anak-anaknya.
Ketika masalah interaksi komunikasi memburuk maka seorang Bapak akan kesulitan untuk menyelesaikannya karena tidak membiasakan diri untuk menyelesaikan berbagai permasalahan berdasarkan pedoman Firman Tuhan. Ketika terjadi konflik sulit bagi sang Bapak untuk menyelesaikan ataupun mengabaikan untuk sementara waktu demi tetap adanya suatu ibadah dalam lingkup keluarga.
Banyak tokoh Alkitab yang juga gagal atau tidak sepenuhnya berhasil dalam mendidik anak-anaknya seperti:
  1. Nuh yang mabuk anggur dan Ham (bapa Kanaan) yang tidak tahu bagaimana bersikap saat melihat aurat bapaknya yang mengakibatkan kutukan berlaku bagi keturunan Ham (Kejadian 9 : 21 – 27).
  2. Ishak yang pilih kasih lebih saya kepada Esau dan Ribka yang lebih mengasihi Yakub (Kejadian 25 : 28) dan memicu pertikaian di antara kedua anaknya mulai dari persoalan hak kesulungan (Kejadian 25 : 29 – 34) sampai tipu daya Yakub yang didukung Ribka untuk memperoleh berkat dari Ishak (Kejadian 27 : 1 – 40) dan mempengaruhi keturunan mereka sampai ke masa depan.
  3. Yakub yang pilih kasih kepada Yusuf dibandingkan dengan saudara-saudaranya (Kejadian 37: 3 – 4) yang mengakibatkan kebencian mereka pada Yusuf sehingga akhirnya Yusuf dijual kepada saudagar Midian (orang Ismael) dan kemudian dijual ke Mesir (Potifar).
  4. Imam Eli yang tidak bisa mendisiplinkan anak-anaknya yang berbuat kejahatan bahkan perkataannyapun tidak didengar oleh Hofni dan Pinehas sehingga keduanya dihukum mati di hari yang sama (1 Samuel 2 : 11 – 17, 22 – 25, 27 – 34, 1 Sam 4 : 11)
  5. Salomo yang mengawini perempuan-perempuan yang menarik hatinya daripada Tuhan (1 Raja-raja 11 : 3) yang ketika dia tua isteri-isterinya tersebut mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain sehingga Allah mengoyakkan kerajaannya menjadi dua (1 Raja-raja 11 : 4 - 13).
  6. Skewa, Imam Kepala Yahudi, tidak mendidik ketujuh anaknya dengan takut akan Tuhan dan melakukan praktek occultisme (tukang jampi) sehingga digagahi dan luka-luka oleh orang yang kerasukan roh jahat (Kisras 19 : 13 – 16).
Ada akibat yang fatal ketika seorang Bapak tidak mendidik dan mengajar serta memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anaknya sebagaimana beberapa kasus yang dikisahkan dalam Alkitab di atas. Oleh karena itu baiklah kita masing-masing para Bapak mengambil peranan yang semestinya terhadap keluarga kita. Lakukanlah dengan terlebih dahulu menjadi pribadi yang serius, mengasihi dan takut akan Tuhan sehingga menjadi teladan, tegas dan disiplin dalam kehidupan jasmani terlebih rohani dan selalu mengambil inisiatif dan memimpin keluarga kita baik di masa tenang maupun dalam masa pandemi Covid-19 saat ini. Mari belajar dari ketegasan dan kedisiplinan Yosua yang setia beribadah kepada Tuhan bahkan menegaskan kepada orang-orang di luar keluarganya bahwa ia dan seisi rumahnya tetap beribadah kepada Tuhan. Tuhan Yesus Memberkati!
Pertanyaan Diskusi
  1. Apakah problem utama baik sebagai pribadi maupun sebagai kepala keluarga dalam masa Pandemi Covid-19 ini?
  2. Apakah penyebab yang membuat keluarga Anda tidak konsisten dan setia beribadah serta melayani Tuhan?
  3. Apakah Anda sudah mengambil fungsi dan peran yang semestinya sebagai seorang Bapak sebagaimana yang diuraikan di atas?
  4. Tindakan apa yang akan Anda ambil sebagai Bapak atas problem-problem yang telah anda sampaikan tadi? Mari sampaikan sebagai suatu komitmen bagi kita para Bapak!

Disajikan Pada Cell Group
P2MI GMI Efrata Parung Panjang
Selasa, 12 Mei 2020

KRISIS EKONOMI BAGI KELUARGA DIMASA PANDEMI



KRISIS EKONOMI BAGI KELUARGA DIMASA PANDEMI
MATIUS 6 : 25 – 6
LS. Saor R.S.S.S. Panjaitan
Pandemi Covid-19 di Indonesia sejak diumumkan oleh Presiden Jokowi 2 Maret 2020 silam telah berlangsung lebih dari 2 bulan. Selain masalah penanganan dari sudut kesehatan baik pencegahan sampai pengobatan yang terjangkit, masalah lainnya yang paling terdampak adalah ekonomi baik global, nasional maupun keluarga demi keluarga. Ada yang dirumahkan dengan status PHK sementara, tanpa mendapatkan upah tiap bulannya, ada yang hanya mendapat 50% dari take home pay, dan ada pula yang tidak bisa menghasilkan apapun lagi karena usaha hariannya tidak dapat berjalan selama PSBB.
Kondisi kesulitan keuangan mengakibatkan perlunya adaptasi dan perubahan gaya hidup yang sebelumnya biasa rutin dilakukan. Kesulitan keuangan bisa berdampak dari ringan sampai berat bagi keluarga antara lain kesulitan membayar biaya rutin seperti kredit barang dan rumah, pembayaran listrik dan air, biaya pendidikan sampai mungkin tidak tahu apa yang bisa dimakan untuk hari esok. Kondisi seperti ini dapat memicu putus asa dan bahkan keutuhan rumah tangga.
Jika diidentifikasi maka dampak negatif krisis ekonomi bagi keluarga dalam masa pandemi ini adalah:
1.    Perubahan baik bertahap maupun total kebiasaan hidup yang sebelumnya tenang-tenang saja.
2.    Ketegangan relasi antara suami – isteri dan orang tua – anak bahkan keluarga dengan keluarga besar serta lingkungan,
3.    Kekecewaan bahkan krisis kepercayaan kepada Tuhan dan para pemimpin rohani. 
Jika melihat dampak yang terjadi bisa menjadi sedemikian parahnya maka dibutuhkan tindakan-tindakan keseharian untuk mengurangi bahkan meluputkan akibat negatif dari krisis ekonomi keluarga hingga berlalunya pandemi Covid-19 ini.
Beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan adalah:
1.    Berdamai dengan kondisi yang tidak dapat dihindari ini. Jika ada masa senang maka tentunya roda kehidupanpun akan mengenal masa susah. Ayub 2 : 10 menyatakan: “Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.”
2.    Melakukan dan mengembangkan kebiasaan baru baik sendiri ataupun bersama-sama seluruh anggota keluarga seperti:
  • Olahraga atau senam di seputar rumah,
  • Game bersama keluarga maupun dengan komunitas via online,
  • Memasak bersama ataupun membuat jadwal bergantian dari semua anggota keluarga
  • Membuat makanan ‘cemilan’ atau mencoba resep baru,
  • Menonton film atau musik dan berkaraoke bersama keluarga,
  • Membaca dan membahas Firman Tuhan bersama,
  • Melakukan kunjungan kepada saudara dan teman melalui komunikasi baik telepon maupun video call,
  • Mencoba keahlian baru atau memperdalam hobi seperti Video Maker, Menulis di Medsos, menanam sayuran hidroponik dan tanaman obat-obatan yang tidak membutuhkan lahan yang luas, barang-barang kerajinan tangan dan lainnya serta berbagai aktifitas positif lainnya yang bukan hanya mengurangi dampak stress bagi diri dan keluarga namun juga membuka potensi untuk menghasilkan uang dari kegiatan tersebut.
Jika anda perhatikan aneka kegiatan di atas maka tinggal selangkah lagi anda menjadi wirausahawan mandiri yang bisa dilakukan dari rumah. Proses berikutnya hanya tinggal membuka lapak jualan online ataupun menawarkan hasil kreatifitas dan inovasi anda dengan strategi menawarkannya terlebih dahulu ke komunitas gereja, perkumpulan marga, lingkungan dan dalam skala luas ke masyarakat.





Ibu Simanullang (Mama Edo) yang memiliki usaha bengkel kecil bersama suaminya terpuruk kedalam krisis ekonomi keluarga karena bengkel mereka hampir tidak pernah lagi mendapatkan pelanggan. Dengan sedikit bertanya dan mengingat pengalaman masa lalu ketika masih bersama orang tua beliau memutuskan membuat lappet dan ternyata ramai pembeli karena dibantu oleh teman-teman gereja dan perkumpulan orang Batak di WAG. Anda mau mencoba? Silahkan hubungi ke 081310282063.
Bapak Rio Tampubolon yang semula selalu mengeluhkan pendapatannya yang anjlok dari usaha
bengkel kecil, sekarang dapat bernafas lega karena ada pemasukan tambahan cukup besar tiap sabtu dan minggu dari berjualan daging babi yang masih segar yang diinfokan melalui WAG dan mengantarkannya langsung ke rumah pembeli. Mau pesan atau sekedar mau tahu darimana dia dapat daging segar tersebut? Silahkan hubungi nomor 085217683317.



Ibu Pesta Sihombing (Mama Felix) melalui pengalaman dari orang tua yang membuka lapo di kampung halaman memanfaatkan pengalamannya dengan memasak dan menjual Saksang dan Arsik B2, Ikan Mas Arsik, Daun Singkong tumbuk, via berbagai WAG. Saat ini setiap Sabtu warga Batak Legok Permai dan perumahan lainnya berebutan membeli masakan beliau yang memang enak sekali. Mau mencoba? Silahkan hubungi 082114994060!.

Bapak Rudy Silalahi, dosen sebuah PTS terkemuka di Tangerang memanfaatkan bidang lapang lantai 3 rumahnya dengan menanam tanaman sayuran menggunakan wadah pot-pot kecil. Dia mendapatkan pengetahuan ini dari searching internet dan bertanya pada anggota komunitas perkumpulan orang Batak lainnya yang punya hobi menanam dan mengelola taman di depan rumahnya. Anda butuh nomornya untuk meminta pengalaman? Hubungi 08170817528.
Oh ya, dari ke empat contoh figur di atas, ada 3 yang kami sekeluarga sudah mencoba jerih payahnya.

Contoh-contoh di atas mungkin dapat menginspirasi kita untuk meminimalisir dampak krisis ekonomi bagi keluarga di masa pandemi bahkan bisa berlanjut pasca pandemi berlalu.
Jadi, tetaplah berpengharapan, percayalah Tuhan pasti memberi jalan keluar dan memelihara keluarga kita dan kembangkan sesuatu yang positif, inovatif dan kreatif yang bukan hanya meluputkan kita dari stress namun berpotensi mengganti atau menambah penghasilan kita yang hilang maupun berkurang selama masa pandemi ini. Tuhan Yesus Memberkati.

Pertanyaan Untuk Diskusi:
  • Apakah yang menjadi MASALAH UTAMA anda dan keluarga di masa pandemi ini?
  • Apakah anda sudah mengembangkan atau menjalankan kebiasaan positif baik sebagai pribadi maupun bersama keluarga untuk mengurangi atau menghilangkan stress karena harus menaati PSBB? Mohon diceritakan!
  • Adakah yang membuat anda terheran-heran dan takjub akan kasih pemeliharaan Allah (God Providentia) selama pandemi? Mohon dijelaskan dan dibagikan!
  • Adakah usaha tertentu yang sedang atau sudah anda lakukan yang berpotensi menjadi penghasilan sementara maupun tetap?

    Disajikan Pada Saat Cell Group Gabungan
    GMI Efrata Parung Panjang
    Rabu, 6 Mei 2020




        Rabu, 22 April 2020

        COVID-19: TULAH ATAU BUKAN BY: SAOR R.S.S.S. PANJAITAN

        COVID-19: TULAH ATAU BUKAN?
        KELUARAN 7 : 14 - KELUARAN 12 : 29 - 42
        APAKAH TULAH ITU?

        Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan TULAH (Plague, Ing) sebagai: Kemalangan yang disebabkan oleh kutuk, karena perbuatan yang kurang baik terhadap orang tua (orang suci,dsb), atau karena perbuatan melanggar larangan, kualat.

        Menurut Browning, Tulah adalah berbagai Penyakit dan wabah yang dilihat sebagai hukuman Illahi, bahkan berdasarkan tulah kesepuluh kepada bangsa Mesir yaitu kematian anak sulung maka tulah juga mencakup atau berakhir dengan KEMATIAN.

        Menurut gambaran Alkitab, bahwa Tuhan menghukum para musuhNYA dengan Tulah atau PENDERITAAN seperti yang terjadi pada orang Mesir yang menghambat keluarnya bangsa Israel dari Mesir.

        Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Tulah adalah: KEMALANGAN karena kutuk, PENDERITAAN, PENYAKIT dan WABAH, bahkan KEMATIAN. Tulah terjadi karena adanya perbuatan tidak baik kepada sesama, melanggar larangan, dan hukuman Illahi. Tulah juga adalah suatau peringatan dan sekaligus menegaskan kekuasaan Allah.

        PENYEBAB DAN BENTUK TULAH MENURUT ALKITAB

        Kisah tentang penyebab dan bentuk tulah sebagaimana yang tertulis dalam Alkitab adalah sebagai berikut:

        1. Kejadian 12 : 17. Tulah kepada Firaun dan seisi istananya karena menginginkan Sarai isteri Abram. Di kisah tersebut tidak disebutkan bentuk tulahnya.

        2. Keluaran 7 : 14  - 11 : 10; 12 : 29 - 42. Ada 10 tulah yang terjadi pada bangsa Mesir karena Firaun melarang bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Bentuk tulah yaitu: 1. Air jadi darah (Kel. 7 : 14 - 25), 2. Katak (Kel. 8 : 1 - 15), 3. Nyamuk (Kel. 8 : 16 - 19), 4. Lalat Pikat (Kel. 8 : 20 - 32), 5. Penyakit Sampar pada ternak (Kel. 9 :1 - 7), 6. Barah (Kel. 9 : 8 - 12), 7. Hujan Es (Kel. 9 : 13 - 35), 8. Belalang (Kel. 10 : 1 - 20), 9.Gelap Gulita (Kel. 10 : 21 - 29), dan 10. Anak Sulung Mati (Kel. 12 : 29 - 42).

        3. Bilangan 11 : 31 - 35. Tulah dijatuhkan kepada orang Israel yang bernafsu rakus dengan burung puyuh yang Allah berikan. Bentuk tulah yang sangat besar tersebut tidak ada disebutkan.

        4. Bilangan 14 : 1 - 38. Tulah kepada 10 pengintai Kanaan yang menyatakan bahwa penghuni Kanaan sangat kuat dan Israel tidak dapat maju menyerangnya sehingga bangsa Israel ketakutan. Bentuk tulah yang menyebabkan kematian ke-10 pengintai tersebut tidak disebutkan.

        5. Bilangan 16 : 1 - 50. Tulah kepada 14.700 orang Israel yang bersungut-sungut karena menganggap Musa dan Harun membunuh Korah, Datan, Abiram beserta keluarganya (ditelan bumi) dan 250 orang para pemimpin umat (orang ternama) yang dibakar api.

        6. Bilangan 25 : 1 - 18. Israel menyembah Baal-Peor yang diawali dengan perzinahan dengan perempuan-perempuan Moab. Ada 24.000 (Ay. 9) yang dibunuh karena penyembahan tersebut.

        7. 1 Samuel 5 dan 6. Orang-orang Filistin yang merampas tabut Allah terkena borok di wilayah Asdod, Gaza, Askelon, Gat, dan Ekron. Tulah berhenti setelah tabut dikembalikan dan membayar tebusan berupa 5 borok emas dan 5 tikus emas.

        8. 2 Samuel 24 : 1 - 25. Daud melakukan pendaftaran (sensus) rakyat Israel, lalu tulah terjadi berupa penyakit sampar (3 hari) dan mematikan 70.000 orang.

        9. Zakharia 14 : 12. Tulah kepada bangsa yang memerangi Yerusalem berupa daging, mata dan lidah mereka akan membusuk. Tulah juga akan menimpa kuda, bagal, unta, keledai dan semua hewan yang ada dalam perkemahan mereka (Ay. 15).

        Dari peristiwa dan bentuk tulah jelas bahwa semuanya adalah dikarenakan pelanggaran atas perintah Allah dan dosa manusia itu sendiri. Ada yang mengenai orang per orang (10 pengintai), sekumpulan besar orang, satu bangsa (Mesir, Israel, Filistin) dan beberapa bangsa (terjadi bersamaan kepada Israel dan bangsa lainnya).

        Bentuknya mulai dari serangan binatang dan perubahan/bencana  alam (10 tulah di Mesir), penyakit (sampar, barah, borok, bagian tubuh membusuk), Dibunuh atas perintah Allah (Israel menyembah Baal-Peor) sampai kematian masif. Dari kesemua tulah tersebut jelas tergambar adanya pelanggaran, pembangkangan, ketakutan, malapetaka, penderitaan dan kematian.

        BAGAIMANA DENGAN COVID-19: TULAH ATAU BUKAN?

        Pastor evangelis Amerika Serikat Rick Wiles di acara web TruNews sebagaimana yang dikutip oleh New York Post pada 30 Januari 2020 menyatakan bahwa virus Corona adalah kiriman malaikat maut dan azab dari Tuhan buat bumi untuk membersihkan bumi dari pendosa. Menurutnya, awal mula mewabahnya virus ini terjadi di China dimana negara ini memiliki pemerintahan komunis yang tidak bertuhan, menganiaya orang-orang Kristen, melakukan aborsi paksa. Sementara di Amerika Serikat sendiri menurutnya telah terjadi pemberontakan rohani berupa kebencian kepada Tuhan, Alkitab dan Kebenarannya.

        Timotius Cong seorang pelayan di GKKAI cabang Jakarta menuliskan pendapatnya di kompasiana.com dengan judul: Apakah Covid-19 Adalah Hukuman Allah?. Menurutnya Covid-19 bukanlah hukuman Allah tetapi hanya sebuah Bencana Alam akibat perbuatan manusia karena kebiasaan memakan binatang liar yang mengandung virus Corona. Selain itu ia menegaskan bahwa hukuman Allah hanya terjadi karena dosa sebuah negara/suku/pribadi tertentu. Hukuman dilakukan Allah secara terbatas. Karena Covid-19 melanda seluruh dunia maka dia menegaskan tidak sesuai dengan kriteria penghukuman melalui tulah.

        Alfa Edison, S. Fil., staf Subbag Sisfo dan Humas Ditjen Bimas Katolik pada website bimaskatolik.kemenag.go.id menuliskan satu artikel berjudul: Corona: Antara Grenzsituationen dan Karya Keselamatan Tuhan, menyatakan bahwa Virus, penyakit, tulah adalah situasi yang niscaya. Manusia bebas memutuskan bagaimana harus menyikapinya. Dari artikel tersebut Alfa Edison terserah pada kita masing-masing apakah Covid-19 tulah atau bukan dan bagaimana untuk menyikapinya.

        Ketiga pendapat di atas tentunya mewakili seluruh pendapat manusia karena ada yang menyatakan sebagai tulah, ada yang menolak sebagai tulah dan ada yang menyatakan bisa ya, bisa tidak dan karenanya terserah penilaian masing-masing orang.

        PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

        1. Apakah Covid-19 disebabkan oleh dosa dan pembangkangan manusia kepada Allah?

        2. Mengapa ada banyak orang/negara Kristen bahkan Hamba-Hamba Tuhan yang terdampak, menderita dan meninggal karena virus ini?

        3. Bacalah terlebih dahulu Yakobus 5 : 15 - 16. Apakah hanya doa yang bisa menyelesaikan Covid-19?

        4. Menurut Anda apakah persamaan dan perbedaan tulah dalam Alkitab dengan Covid-19?

        5. Apakah Covid-19 adalah Tulah atau Bukan?

        Virus yang mulai mewabah dari China di penghujung 2020 tersebut memiliki beberapa kesamaan dengan tulah-tulah yang terjadi sebagaimana dikisahkan dalam Alkitab.

        Kesamaannya antara lain:
        1. Penyebabnya adalah virus yang menyebabkan PENYAKIT menular dengan infeksi saluran pernafasan mulai dari batuk pilek, rasa lelah, nyeri, sakit tenggorokan, diare hingga kesulitan bernafas yang membuat penderita sangat MENDERITA dan menyebabkan KEMATIAN.

        2. Menyebabkan KETAKUTAN dan KEPANIKAN massal.

        3. Mengenai satu pribadi, berbagai kelompok (Suku, Agama, Ras, Golongan) apapun, satu negara, beberapa negara (pada tulah di Alkitab terjadi pada Israel dan beberapa bangsa lain di luar Israel).

        4. Adanya PELANGGARAN dan PEMBANGKANGAN (Social/Physical Distancing, Lock Down) kepada Tuhan dan Pemerintah. 
        5.        Jumlah kematian yang besar.

        Perbedaannya adalah pada skala pandemi yang masif/global. Pada Kisah di Alkitab Penyakit dan Kematian yang terjadi, tidak terjadi di seluruh dunia sedangkan Covid-19 terjadi di seluruh dunia.

        Apakah keduanya sama-sama dikarenakan dosa dan pembangkangan manusia kepada Allah? Jadi apakah Covid-19 adalah Tulah?

        Terserah masing-masing dari kita menilainya sebagai penilaian pribadi yang sebaiknya tidak dilemparkan ke media apapun sehingga memicu perdebatan berkepanjangan. Mengapa?

        Mungkin memang tulah, namun siapakah di antara kita yang benar-benar telah berkomunikasi dengan Allah secara langsung (face to face?) atau merasa memiliki peran sebagai nabi yang merupakan pembawa pesan Allah dan dengan tegas menyatakan bahwa Allah menyatakan kepadanya akan dan telah menjatuhkan tulah kepada umat manusia?

        Atau kita menyatakan bahwa Covid-19 bukanlah Tulah, namun akankah kita menampik kenyataan bahwa manusia makin berdosa dan mengabaikan bahkan membangkang kepada Allah. Apa yang disampaikan oleh Pastor Rick Wiles adalah kenyataan yang memang kita temukan dimana-mana. Manusia makin menjauhi Allah, Alkitab dan kebenarannya. FirmanNYA dalam Lukas 21 : 11 menegaskan bahwa: dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.

        Tulah atau bukan marilah kita kembali kepadaNYA dan kebenaran FirmanNYA melalui Alkitab dan kepekaan akan bimbingan Roh Kudus di masa pandemi ini sembari mengambil upaya-upaya untuk meminimalisir penularannya sebagaimana yang disampaikan oleh pemerintah.

        Dari kisah-kisah tentang tulah dalam Alkitab kita tahu bahwa murka Allah yang menjatuhkan tulah akan surut atau tidak jadi dijatuhkanNYA jika ada pertobatan atas dosa yang telah dilakukan, menjauhi laranganNYA dan tidak melakukan pembangkangan. 
        Pemulihan disediakanNYA pasca tulah. Tuhan maha kasih namun IA juga Maha Suci dan Maha Adil.

        Ingatlah akan Firman Tuhan berikut ini:
        Filipi 4 : 6. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

        Di saat yang mencekam dengan pandemi Covid-19 ini sikap tenang, dan hati yang bergantung total kepada Allah akan menerbitkan sukacita Illahi yang akan meluputkan kita dari Covid-19. 

        Andaikanpun diantara kita ada yang tertular dan positif Covid-19 maka bagi setiap orang percaya kondisi seperti ini tidak akan melunturkan ketergantungan dan kepercayaannya kepada Tuhan.

        Ingatlah, Roma 8 : 28 yang tegas menyatakan: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi DIA, yaitu bagi mereka yang mengasihi DIA, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

        Well, Tulah atau bukan, ingat saja bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu! Kapan? SEKARANG JUGA di saat Pandemi Covid-19 ini namun syaratnya: KITA HARUS MENGASIHI DIA!

        Bahan Cell Group Gabungan Via Online
        GMI Efrata Parung Panjang
        Rabu, 22 April 2020