TUGAS TIMOTIUS
Timotius
adalah tokoh Alkitab yang sangat menarik untuk ditelaah.
Perjanjian
Baru mendeskripsikan Timotius pada masanya sebagai anak muda binaan rohani
Paulus yang memiliki nilai idealisme rohani yang baik dan benar serta dapat
dipercaya melaksanakan tugas-tugas sebagai hamba Tuhan yang taat dan setia.
Kita
mencoba menelaah eksistensi Timotius khususnya yang tertulis dalam 1 Timotius 1
: 18-20 dimana untuk ayat-ayat tersebut Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul
perikopnya yaitu Tugas Timotius.
Latar Belakang Kitab Timotius
Kitab yang
merupakan surat yang dibuat oleh Rasul Paulus ini diperkirakan ditulis dan
dikirimkan sekitar tahun 63 – 65 Masehi kepada Timotius yang dijulukinya “Anak
yang sah dalam iman”(Timothy my own son
in the faith) – 1 Timotius 1 : 2.
Saat dikirimkan Timotius sedang menjabat sebagai hamba Tuhan (pendeta muda)
yang melayani di jemaat Efesus dengan komunitas berasal dari mayoritas
suku-suku Yunani.
Pada surat Timotius yang pertama, Paulus memberikan
Instruksi-instruksi (pengajaran) kepada Timotius mengenai kepemimpinan yang benar dan cara-cara menghadapi
ajaran sesat, peranan wanita, doa, dan syarat-syarat bagi penilik jemaat dan
diaken.
Sedangkan
surat Timotius yang kedua berisikan bimbingan untuk
menguatkan Timotius dalam menjalankan perannya sebagai hamba Tuhan.
Tujuan Penulisan Kitab
Tujuan Umum
Paulus meminta Timotius untuk tetap
tinggal di Efesus, berani untuk menasehati orang-orang tertentu yang melenceng
dalam pengajarannya, membahas masalah dongeng-dongeng yang membawa masalah bagi
jemaat.
Tujuan Khusus
Sebagai mentor dan bapak rohani,
Paulus menyadari betul bahwa iman Timotius harus dikuatkan karena dengan usia
yang masih belia kemungkinan besar banyak orang yang tidak mau mendengarkan
bahkan mematuhi apa yang disampaikan Timotius khususnya para pemimpin yang
sebenarnya tidak mengenal firman Allah.
Tentang Timotius
Nama
Timotius berasal dari kata Yunani, τιμοθεος -
TIMOTHEOS, yang terdiri dari kata τιμη - TIMÊ
yang artinya menghormati, dan θεος – THEOS
yang berarti Allah. jadi nama τιμοθεος -
TIMOTHEOS artinya adalah menghormati Allah. Nama ini dituliskan sebanyak 25 kali dalam
Perjanjian Baru dan disebutkan pertama kali dalam Kisah Para Rasul 16 : 1.
Kitab lainnya yang menyebutkan tentang Timotius adalah Roma, I Korintus, 2
Korintus, Filipi, Kolose, I Tesalonika, 2 Tesalonika, I Timotius, 2 Timotius,
Filemon dan Ibrani.
Timotius
yang dilahirkan di Listra ber-ayah-kan seorang Yunani, sedangkan ibunya, Eunike
dan neneknya Lois adalah orang Yahudi (2 Timotius 1 : 5). Dari kedua wanita
inilah dia mendapat pengajaran mengenai kitab suci.
Alkitab tidak ada menyebutkan secara khusus kapan Timotius
menjadi Kristen. Diperkirakan pertobatannya terjadi ketika Paulus melakukan
perjalanan pertama penginjilannya mengunjungi Listra, dan bahwa ia menyaksikan
penderitaan Paulus
yang mengalami penganiayaan saat memberitakan Firman Tuhan saat itu (2 Timotius
3:11).
Menjelang perjalanan penginjilan kedua Paulus melalui daerah Listra,
Eunike sudah menjadi Kristen juga.
Kondisi Jemaat di Efesus
Tugas timotius sebagai penginjil di
Efesus tidaklah mudah. Kondisi jemaat saat itu diperhadapkan dengan
masalah-masalah antara lain :
1.
Ada yang bertindak sebagai guru yang memberikan
pengajaran pada jemaat, akan tetapi pengajar tersebut tidak tahu akan Firman
Allah;
2.
Kondisi pertama di atas melahirkan
penyimpangan-penyimpangan dari ajaran Firman Tuhan;
3.
Kehidupan rohani jemaat yang tidak bertumbuh;
4.
Persoalan-persoalan pribadi dari anggota jemaat dan
5.
Persoalan kepemimpinan dalam ibadah jemaat.
Para Guru
Palsu
1 Timotius 1 : 19-21 menyebutkan nama Himeneus dan
Aleksander yang dikatakan telah menolak hati nuraninya yang murni dan karenanya
iman mereka telah kandas.
Himeneus
Himeneus, sang pengajar palsu menyangkal doktrin
tentang kebangkitan orang mati. Penyangkalan ini sangat fatal, karena selain
tidak mengakui akan kebangkitan Kristus yang membuktikan takluknya maut, juga
mematikan pengharapan akan kehidupan kekal dari setiap orang percaya.
Perbuatan lainnya yang dilakukan Himeneus ialah :
1.
Bersilat kata dan mengacaukan (2 Tim 2 : 14);
2.
Bidatnya menjalar seperti penyakit kanker (2 Tim 2 :
17);
3.
Kejahatannya merusak iman (2 Tim 2 : 18);
4.
Menolak tuntunan Roh Kudus dalam hati nuraninya dan
karenanya imannya kandas (1 Tim 1 : 19).
Paulus menghukum perbuatan Himeneus yaitu dengan
menyerahkannya kepada iblis supaya jera untuk menghujat.
Aleksander
Chalceus
Paulus mendeskripsikan tentang Aleksander sebagai
musuh yang ganas baik terhadapnya maupun Injil.
Dia juga merupakan pengikut Kristus yang murtad (1 Tim
1 : 20) yang berprofesi sebagai tukang tembaga.
Aleksander menegakkan moral yang tidak murni dan aktif
melakukan pengajaran sesatnya di daerah Efesus – Troas.
Hati Nurani
1 Timotius 1 : 19 menyebutkan tentang penolakan hati
nurani yang murni oleh para pengajar sesat.
Hati nurani yang tertulis dalam
bahasa aslinya (Yunani) di 1 Timotius menggunakan kata Syneidesis (Conscientia
– latin) yang artinya Pengetahuan Pendamping.
Dapat didefinisikan hati nurani adalah
: “Penghakiman (moral) atas suatu
perbuatan yang dilakukan dengan sadar.”
Hati Nurani berfungsi sebagai :
1.
Alat bagi penghakiman moral, penuh derita dan mutlak,
karena penghakiman itu ialah penghakiman illahi atas perbuatan-perbuatan
seseorang yang sudah berlangsung atau sedang berlangsung;
2.
Bertindak sebagai saksi dan pawang yang baik dalam
aspek negatif maupun positif dari pengudusan perseorangan.
Tugas Sang Pendeta Muda Dan Relevansi Kontemporer
Usia muda
bukan berarti harus dipandang sebelah mata. Para pembawa kabar sukacita bukan
ditentukan dari kemudaannya, namun sejauh mana dia mengetahui, mengerti dan
melakukan Firman Tuhan dalam kesehariannya. Yang muda memang harus menghargai
dan menghormati yang tua karena secara analogis demikianlah yang Allah
kehendaki dan perintahkan dalam Hukum Taurat ke-V.
Penghormatan
kepada yang lebih tua tidak berada di atas penghormatan dan takut akan Allah,
sebaliknya penghormatan dapat dilakukan dengan motivasi dan tindakan yang benar
jika telah memahami dengan baik penghormatan kepada Allah.
Pemahaman yang
benar akan penghormatan tertinggi kepada Allah akan memudahkan seseorang untuk
diluruskan/dinasehati tentang kebenaran Firman Allah sekalipun sipenasehat
lebih muda ataupun statusnya dianggap lebih rendah dibandingkan dengan yang
dinasehati.
Kebenaran
Firman Tuhan harus berada di atas ataupun melingkupi hubungan sosial, pola
komunikasi, strata sosial, adat istiadat, status ekonomi, hirarki
kekerabatan/keluarga, tata laksana gereja, pluralitas masyarakat bahkan negara.
Timotius
diminta harus mampu untuk memelihara iman dengan melakukan perbuatan baik dan
berperilaku yang benar sesuai dengan firman Tuhan. Selain itu juga harus berani
menyuarakan, menasehati ataupun menegur langsung dan tegas kepada mereka yang
mengajarkan kesesatan di tengah-tengah jemaat. Penolakan iman yang salah/palsu
harus dilakukan dengan motivasi yang murni tanpa memandang sekat-sekat maupun
status dan derajat hubungan dengan mereka yang ditegur.
Keberanian
seperti ini bukan tanpa resiko seperti penolakan, tidak populer bahkan ancaman
terhadap keselamatan diri, namun memang harus dilakukan demi kepastian
kesinambungan Gereja Tuhan yang memiliki dasar kokoh dalam iman kepada Kristus
dan mengetahui visi misi Allah bagi jemaatnya di tengah-tengah dunia ini.
Belajar dari
tugas yang telah dilakukan oleh Timotius di jemaat Efesus, maka jemaat Tuhan
harus semakin rajin menelaah kebenaran Firman Tuhan, menolak dengan tegas
ajaran yang menyesatkan, melandaskan pola hubungan komunikasi dan
program-programnya dengan kasih, melakukan regenerasi dan kaderisasi untuk
pemimpin/pelayan jemaat di masa depan dan terus menerus
memperbaiki/meningkatkan pola komunikasi pemimpin/pelayan gereja dengan tiap
anggota jemaat sehingga tri tugas gereja (Koinonia, Marturia dan Diakonia)
dapat dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai kepala Gereja.
Bahan
bacaan :
1. Hallesby, Conscience,
1950.
2. Kamus
Sabda.
3. Lembaga
Alkitab Indonesia, Alkitab.
4. Louis
Berkhof, Introduction To The New Testament, 2004.
5. Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF,
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II, Jakarta, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar