Translate

Selasa, 14 Mei 2013

TUGAS TIMOTIUS


TUGAS TIMOTIUS

Timotius adalah tokoh Alkitab yang sangat menarik untuk ditelaah.
Perjanjian Baru mendeskripsikan Timotius pada masanya sebagai anak muda binaan rohani Paulus yang memiliki nilai idealisme rohani yang baik dan benar serta dapat dipercaya melaksanakan tugas-tugas sebagai hamba Tuhan yang taat dan setia.
Kita mencoba menelaah eksistensi Timotius khususnya yang tertulis dalam 1 Timotius 1 : 18-20 dimana untuk ayat-ayat tersebut Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul perikopnya yaitu Tugas Timotius.


Latar Belakang Kitab Timotius
Kitab yang merupakan surat yang dibuat oleh Rasul Paulus ini diperkirakan ditulis dan dikirimkan sekitar tahun 63 – 65 Masehi kepada Timotius yang dijulukinya “Anak yang sah dalam iman(Timothy my own son in the faith) – 1 Timotius 1 : 2.
Saat dikirimkan Timotius sedang menjabat sebagai hamba Tuhan (pendeta muda) yang melayani di jemaat Efesus dengan komunitas berasal dari mayoritas suku-suku Yunani.

Pada surat Timotius yang pertama, Paulus memberikan Instruksi-instruksi (pengajaran) kepada Timotius mengenai kepemimpinan yang benar dan cara-cara menghadapi ajaran sesat, peranan wanita, doa, dan syarat-syarat bagi penilik jemaat dan diaken.
Sedangkan surat Timotius yang kedua berisikan bimbingan untuk menguatkan Timotius dalam menjalankan perannya sebagai hamba Tuhan.

Tujuan Penulisan Kitab
Tujuan Umum
Paulus meminta Timotius untuk tetap tinggal di Efesus, berani untuk menasehati orang-orang tertentu yang melenceng dalam pengajarannya, membahas masalah dongeng-dongeng yang membawa masalah bagi jemaat.

Tujuan Khusus
Sebagai mentor dan bapak rohani, Paulus menyadari betul bahwa iman Timotius harus dikuatkan karena dengan usia yang masih belia kemungkinan besar banyak orang yang tidak mau mendengarkan bahkan mematuhi apa yang disampaikan Timotius khususnya para pemimpin yang sebenarnya tidak mengenal firman Allah.

Tentang Timotius
Nama Timotius berasal dari kata Yunani, τιμοθεος - TIMOTHEOS, yang terdiri dari kata τιμη - TIMÊ yang artinya menghormati, dan θεος – THEOS yang berarti Allah. jadi nama τιμοθεος - TIMOTHEOS artinya adalah menghormati Allah. Nama ini dituliskan sebanyak 25 kali dalam Perjanjian Baru dan disebutkan pertama kali dalam Kisah Para Rasul 16 : 1. Kitab lainnya yang menyebutkan tentang Timotius adalah Roma, I Korintus, 2 Korintus, Filipi, Kolose, I Tesalonika, 2 Tesalonika, I Timotius, 2 Timotius, Filemon dan Ibrani.
Timotius yang dilahirkan di Listra ber-ayah-kan seorang Yunani, sedangkan ibunya, Eunike dan neneknya Lois adalah orang Yahudi (2 Timotius 1 : 5). Dari kedua wanita inilah dia mendapat pengajaran mengenai kitab suci.

Alkitab tidak ada menyebutkan secara khusus kapan Timotius menjadi Kristen. Diperkirakan pertobatannya terjadi ketika Paulus melakukan perjalanan pertama penginjilannya mengunjungi Listra, dan bahwa ia menyaksikan penderitaan Paulus yang mengalami penganiayaan saat memberitakan Firman Tuhan saat itu (2 Timotius 3:11).
Menjelang perjalanan penginjilan kedua Paulus melalui daerah Listra, Eunike sudah menjadi Kristen juga.

Kondisi Jemaat di Efesus
Tugas timotius sebagai penginjil di Efesus tidaklah mudah. Kondisi jemaat saat itu diperhadapkan dengan masalah-masalah antara lain :
1.    Ada yang bertindak sebagai guru yang memberikan pengajaran pada jemaat, akan tetapi pengajar tersebut tidak tahu akan Firman Allah;
2.    Kondisi pertama di atas melahirkan penyimpangan-penyimpangan dari ajaran Firman Tuhan;
3.    Kehidupan rohani jemaat yang tidak bertumbuh;
4.    Persoalan-persoalan pribadi dari anggota jemaat dan
5.    Persoalan kepemimpinan dalam ibadah jemaat.

Para Guru Palsu
1 Timotius 1 : 19-21 menyebutkan nama Himeneus dan Aleksander yang dikatakan telah menolak hati nuraninya yang murni dan karenanya iman mereka telah kandas.

Himeneus
Himeneus, sang pengajar palsu menyangkal doktrin tentang kebangkitan orang mati. Penyangkalan ini sangat fatal, karena selain tidak mengakui akan kebangkitan Kristus yang membuktikan takluknya maut, juga mematikan pengharapan akan kehidupan kekal dari setiap orang percaya.
Perbuatan lainnya yang dilakukan Himeneus ialah :
1.    Bersilat kata dan mengacaukan (2 Tim 2 : 14);
2.    Bidatnya menjalar seperti penyakit kanker (2 Tim 2 : 17);
3.    Kejahatannya merusak iman (2 Tim 2 : 18);
4.    Menolak tuntunan Roh Kudus dalam hati nuraninya dan karenanya imannya kandas (1 Tim 1 : 19).

Paulus menghukum perbuatan Himeneus yaitu dengan menyerahkannya kepada iblis supaya jera untuk menghujat.

Aleksander Chalceus
Paulus mendeskripsikan tentang Aleksander sebagai musuh yang ganas baik terhadapnya maupun Injil.
Dia juga merupakan pengikut Kristus yang murtad (1 Tim 1 : 20) yang berprofesi sebagai tukang tembaga.
Aleksander menegakkan moral yang tidak murni dan aktif melakukan pengajaran sesatnya di daerah Efesus – Troas.

Hati Nurani
1 Timotius 1 : 19 menyebutkan tentang penolakan hati nurani yang murni oleh para pengajar sesat.
Hati nurani yang tertulis dalam bahasa aslinya (Yunani) di 1 Timotius menggunakan kata Syneidesis (Conscientia – latin) yang artinya Pengetahuan Pendamping.
Dapat didefinisikan hati nurani adalah : “Penghakiman (moral) atas suatu perbuatan yang dilakukan dengan sadar.”

Hati Nurani berfungsi sebagai :
1.    Alat bagi penghakiman moral, penuh derita dan mutlak, karena penghakiman itu ialah penghakiman illahi atas perbuatan-perbuatan seseorang yang sudah berlangsung atau sedang berlangsung;
2.    Bertindak sebagai saksi dan pawang yang baik dalam aspek negatif maupun positif dari pengudusan perseorangan.

Tugas Sang Pendeta Muda Dan Relevansi Kontemporer
Usia muda bukan berarti harus dipandang sebelah mata. Para pembawa kabar sukacita bukan ditentukan dari kemudaannya, namun sejauh mana dia mengetahui, mengerti dan melakukan Firman Tuhan dalam kesehariannya. Yang muda memang harus menghargai dan menghormati yang tua karena secara analogis demikianlah yang Allah kehendaki dan perintahkan dalam Hukum Taurat ke-V.

Penghormatan kepada yang lebih tua tidak berada di atas penghormatan dan takut akan Allah, sebaliknya penghormatan dapat dilakukan dengan motivasi dan tindakan yang benar jika telah memahami dengan baik penghormatan kepada Allah.
Pemahaman yang benar akan penghormatan tertinggi kepada Allah akan memudahkan seseorang untuk diluruskan/dinasehati tentang kebenaran Firman Allah sekalipun sipenasehat lebih muda ataupun statusnya dianggap lebih rendah dibandingkan dengan yang dinasehati.

Kebenaran Firman Tuhan harus berada di atas ataupun melingkupi hubungan sosial, pola komunikasi, strata sosial, adat istiadat, status ekonomi, hirarki kekerabatan/keluarga, tata laksana gereja, pluralitas masyarakat bahkan negara.

Timotius diminta harus mampu untuk memelihara iman dengan melakukan perbuatan baik dan berperilaku yang benar sesuai dengan firman Tuhan. Selain itu juga harus berani menyuarakan, menasehati ataupun menegur langsung dan tegas kepada mereka yang mengajarkan kesesatan di tengah-tengah jemaat. Penolakan iman yang salah/palsu harus dilakukan dengan motivasi yang murni tanpa memandang sekat-sekat maupun status dan derajat hubungan dengan mereka yang ditegur.

Keberanian seperti ini bukan tanpa resiko seperti penolakan, tidak populer bahkan ancaman terhadap keselamatan diri, namun memang harus dilakukan demi kepastian kesinambungan Gereja Tuhan yang memiliki dasar kokoh dalam iman kepada Kristus dan mengetahui visi misi Allah bagi jemaatnya di tengah-tengah dunia ini.

Belajar dari tugas yang telah dilakukan oleh Timotius di jemaat Efesus, maka jemaat Tuhan harus semakin rajin menelaah kebenaran Firman Tuhan, menolak dengan tegas ajaran yang menyesatkan, melandaskan pola hubungan komunikasi dan program-programnya dengan kasih, melakukan regenerasi dan kaderisasi untuk pemimpin/pelayan jemaat di masa depan dan terus menerus memperbaiki/meningkatkan pola komunikasi pemimpin/pelayan gereja dengan tiap anggota jemaat sehingga tri tugas gereja (Koinonia, Marturia dan Diakonia) dapat dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai kepala Gereja.

Bahan bacaan :
1.    Hallesby, Conscience, 1950.
2.    Kamus Sabda.
3.    Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab.
4.    Louis Berkhof, Introduction To The New Testament, 2004.
5.    Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II, Jakarta, 1995.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar