Translate

Senin, 13 Mei 2013

JANGAN MENGUCAPKAN SAKSI DUSTA TENTANG SESAMAMU!




JANGAN MENGUCAPKAN SAKSI DUSTA TENTANG SESAMAMU!

Terminologi
Kalimat perintah yang merupakan Hukum Taurat ke IX ini diberikan ALLAH kepada bangsa Israel dan tercatat dalam Keluaran 20 : 16.
Kata utama yang membangun kalimat tersebut adalah Dusta. Dalam bahasa Ibrani kata dusta yang digunakan adalah “SHEQER” yang juga berarti Palsu, Bohong, Tidak Benar, Salah atau Keliru. Bisa juga berarti Tidak Sah atau Pura-pura.

Sedangkan kata Yunani yang digunakan untuk Dusta adalah “Pseudomartureo” yang juga berarti Bohong, Tidak Benar, Khianat, Tidak Setia ataupun Palsu.
Berdasarkan terminologi di atas maka kalimat jangan mengucapkan saksi dusta dapat diartikan juga Jangan Berbohong.

Tujuan Hukum
Hukum Taurat ke-IX diberikan dalam bentuk perintah oleh ALLAH yang bertujuan untuk mencegah terjadinya fitnah, ketidak jujuran, dan ketidakbenaran dalam kehidupan umat ALLAH.

Substansi Hukum
Perintah ini mengandung substansi bahwa manusia harus mengatakan yang benar dan jujur terhadap sesamanya.

Bohong Disengaja
Pada umumnya seseorang sengaja berbohong dikarena beberapa alasan :
1.    Takut akibatnya bila jujur
2.    Mengamankan diri
3.    Tidak adanya kebebasan bicara

Tindakan-tindakan lain yang dikategorikan juga sebagai berdusta sekalipun tidak melakukan/mengatakan sesuatu, antara lain: Tutup mulut, membisu, tidak mau terlibat persoalan orang lain meski tahu yang benar. Sikap berbohong seperti ini dapat mengakibatkan penderitaan dan kerugian bagi orang yang tidak bersalah.

Bersaksi Dusta adalah Kekejian bagi Tuhan
Salomo dalam Amsal 6 : 16-19 menuliskan:
Enam perkara ini yang dibenci Tuhan, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNYA: Mata sombong, LIDAH DUSTA, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, SEORANG SAKSI DUSTA yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.
Ayat lainnya yang berkaitan dengan kesaksian dusta antara lain: Amsal 10 : 31; 18 : 21, Mazmur 52 : 7; 141 : 3 dan Matius 12 : 37.

Bohong Terpaksa
Prinsipnya kesaksian dusta atau berbohong adalah perbuatan pelanggaran terhadap perintah ALLAH, artinya siapapun yang melakukannya maka berdosa.
Matius 5 : 37 lebih menegaskan akan pentingnya kejujuran, bahkan di ayat tersebut ditegaskan “lebih daripada itu berasal dari si jahat”. Jika demikian adanya bagaimana dengan kisah kesaksian Rahab dalam Yosua 2?
Bukankah dia berkata yang tidak sebenarnya mengenai keberadaan kedua pengintai?
Dalam kasus tertentu, kesaksian Rahab dapat dibenarkan karena dia sedang melindungi/menyelamatkan nyawa kedua pengintai yang memang diperintahkan ALLAH melalui Yosua. Penting kita perhatikan, bahwa orang suruhan Raja Yerikho adalah dari bangsa yang tidak mengenal/percaya kepada ALLAH dengan kata lain pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang suruhan raja tersebut adalah pertanyaan dari si jahat.
Selain itu, Rahab menyatakan yang bukan sebenarnya juga dikarenakan motivasi kasih. 1 Petrus 4 : 8 menegaskan bahwa Kasih menutupi banyak sekali dosa!

Di bagian lain Firman Tuhan juga menegaskan akan kasus Rahab ini. Ibrani 11 : 31 menyatakan karena imanlah, Rahab dengan kesaksiannya tersebut tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka. Penyambutannya yang baik kepada kedua pengintai serta kesaksiannya yang menyelamatkan nyawa keduanya dipandang sebagai bagian dari implementasi iman sekalipun saat itu resiko kematian bagi Rahab sangat besar.

Yakobus 2 : 25 kembali menjelaskan bohong terpaksa yang dilakukan Rahab. Ayat tersebut tanpa tedeng aling bahkan menyebutkan profesi pelacur dari Rahab si berdosa yang mendapatkan pembenaran atas perbuatan iman yang tanpa takut dilakukannya. Pembenaran dari Sumber Kebenaran sejati tentunya memposisikan Rahab kedalam kebenaran perkataan dan tindakan sekalipun ada hal yang kontradiktif dari kejadian yang sebenarnya. Otoritas pembenaran ini hanya berlaku jika dilakukan oleh Yang Maha Benar yang berkuasa menghapus/mengampuni dosa manusia.

Bohong Demi Kebaikan
Standar penilaian dari makna pembenaran yang dilakukan oleh ALLAH juga penting dipakai sebagai rambu ataupun filter ketika manusia menyatakan berbohong untuk kebaikan.

Terkadang kita terjebak dengan argumen berbohong demi kebaikan. Persoalannya adalah apakah kebaikan tersebut adalah kebaikan dalam rangka untuk kemuliaan ALLAH, komprehensif dan universal serta terutama tidak bertentangan dengan kebenaran firman ALLAH?
Kebaikan bukanlah kebaikan jika hanya berlaku untuk satu atau segelintir orang sementara merupakan kepahitan dan penderitaan bagi orang lainnya. Standar kebaikan berdasarkan logika ataupun perasaan manusia dapat menjerumuskan manusia ketika diperhadapkan dengan bohong demi kebaikan. Standar penilaian harus mengacu kepada kebenaran sejati di dalam tuntunan hikmat dari Roh Kudus dan Firman Tuhan!

Si pembohong melakukan perbuatannya biasanya demi kepentingan/ keuntungan diri yang egois, ketidak pedulian akan kebenaran dan penderitaan dari korban dusta, dan itu adalah perbuatan dari si jahat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar