PRAISE FOR THE LORD, TRUTH FOR THE WORLD
(Kisras 4 : 12; Mat 28 : 19-20)
ALLAH dalam perjalanan sejarah umatNYA, senantiasa menghendaki ketaatan, kesetiaan dan kekudusan dari makhluk yang paling mulia yang DIA ciptakan bahkan secitra/segambar denganNYA sendiri. Dosa yang adalah pemberontakan ternyata jauh lebih memikat dan menjerat manusia ketimbang mengarahkan hidupnya bagi Khaliknya sendiri.
Para nabi diturunkan untuk menyatakan isi hati ALLAH agar ciptaanNYA kembali berpaling kepadaNYA, namun kedegilan hati manusia menolak panggilan tersebut.
Di dalam jerat dosa yang menawarkan kenikmatan sesaat, ternyata manusia tidak mampu bangkit dengan segala daya upayanya. kecenderungan dari satu dosa melahirkan dosa lainnya makin mengikat dan menenggelamkan manusia menuju maut.
Akal budi yang ALLAH berikan bagi manusia untuk memudahkan kehidupannya ditengah-tengah alam semesta yang diciptakanNYA ternyata digunakan manusia sebagai alasan untuk mempermuliakan dirinya sendiri dan mencoba untuk menandingi ALLAH bahkan di banyak ajaran manusia diberdayakan sedemikian rupa agar mencapai suatu kesadaran bahwa manusia dapat menjadi tuhan dan memiliki kehendak bebas bagi dirinya sendiri.
Ketika ciptaan memandang dirinya lebih hebat dari penciptanya, maka sesungguhnya dan seharusnya tidak ada lagi usaha maupun jalan untuk memperbaiki kesalahan hirarki atau disorientasi makna hubungan antara Sang Khalik dan yang diciptakannya.
Kerusakan hubungan bukan sekedar retak atau rusak tapi sama sekali putus!
Oleh karena itu harus ada satu motivasi yang melampaui segala akal dan pikiran untuk mengembalikan hubungan yang sudah putus tersebut. Motivasi tersebut tidak berhenti sebagai wacana tapi harus dilakukan dalam tindakan nyata yang riil. Karna ALLAh adalah supranatural/adikodrati sedangkan manusia tersusun atas raga (materiil), jiwa dan roh maka jika ALLAH hanya mengimplementasikan motivasi yang melampaui segala akal dan pikiran tersebut dalam bentuk tindakan-tindakan roh, pada akhirnya manusia dapat berdalih: "Engkau tidak kelihatan:, Engkau tidak dapat dirasakan oleh indraku dan berbagai alasan yang mengarah pada empirisme.
Sekalipun Wahyu Umum telah ALLAH tegaskan melalui pekerjaan tangan dan TauratNYA (Mazmur 19) namun ciptaanNYA yang berakal budi pasti mengedepankan ratio nya untuk memaksa Sang Khalik dapat diterima oleh indera dan benaknya.
Selain itu pemahaman dan pengimanan kepada beraneka obyek penyembahan, akan makin membuat manusia tidak dapat mengenal dengan benar ALLAH pencipta yang sesungguhnya.
Tidak heran manusia mengenal banyak sekali kepercayaan/agama karena diawali dari ketidak mengenalannya terhadap ALLAH yang benar, yang penting baginya obyek sembahan tersebut dapat menyerap rasa takutnya akan penderitaan dan kematian ataupun dengan perasaannya obyek-obyek tadi dapat memberikan rasa tenang dan aman, padahal rasa tersebut sebenarnya berasal dari pikiran dan perasaan manusia itu sendiri.
Manusia makin tersesat justru dari potensi yang ALLAH berikan padanya yang sebelumnya ALLAH kehendaki digunakan agar manusia dapat mengenal Penciptanya degan benar.
Wahyu umum harus disempurnakan dengan Wahyu Khusus. ALLAH harus membuka dan memperkenalkan diriNYA langsung kepada manusia (Apokaluptein).
Kemahakuasaan ALLAH tentunya tidak membatasi diriNYA untuk berinkarnasi dalam wujud manusia yang diciptakanNYA. Tindakan ini justru merupakan konsistensi kebenaran dari firmanNYA dalam Kejadian 1 : 26!
Mengapa ini harus ditegaskan? Karena dengan akal budinya justru manusia ada yang berpikir : masa Tuhan jadi manusia? Jika memang akal budi yang dijadikan alasan, maka mana yang lebih masuk akal: ALLAH datang dalam rupa manusia, atau ALLAH datang dalam rupa makhluk ciptaan lainnya?
Sejak Adam dan Hawa diciptakan, firman Tuhan jelas menyatakan bahwa ada komunikasi aktif dan dilakukan dalam rupa tatap muka dengan ciptaanNYA tersebut. Demikian pula ketika ALLAH menyertai bangsa Israel keluar dari Mesir (Keluaran 33 : 11).
Jika pada akhirnya ALLAH harus turun dalam rupa manusia, itu dikarenakan manusia ternyata tetap tegar tengkuk mengabaikan dan menentang para hambaNYA dan berbagai peristiwa penyertaan ALLAH yang sesungguhnya sudah jelas bahwa ALLAH sangat mengasihi manusia dan menghendaki ciptaanNYA tersebut kembali kepadaNYA.
Kelahiran Kristus yang adalah ALLAH sendiri dalam rupa manusia harus terjadi sebagai penggenapan kitab suci di dalam perjalan sejarah manusia yang makin kelam menuju kebinasaan.
Kristus datang dalam wujud manusia, artinya DIA dapat berkomunikasi dan melakukan karya keselamatan langsung ketengah-tengah ciptaanNYA. pada bagian ini kita juga dapat mengerti bahwa untuk kemudian manusia tidak dapat menyatakan kepada penciptaNYA bahwa DIA tidak mungkin tahu penderitaan ciptaanNYA karena DIA adalah ROH.
Sebagai Manusia, Kristus memuaskan pemahaman akal budi manusia yang sederhana tersebut dengan memposisikan dirinya dapat dijangkau oleh akal budi manusia, sekalipun sebenarnya ALLAH menghendaki manusia mengenal, menerima dan kembali kepadaNYA dengan pemahamanan Iman yang benar.
Karya penyelamatan harus terjadi sekalipun dosa manusia sedemikian hitamnya dan seharusnya binasa. Kembali kepada Motivasi yang melampaui segala akal dan pikiran sebagaimana yang disebut di atas, maka motivasi yang dimaksud tidak lain adalah KASIH (Agape).
Yohanes 3 : 16 dan Kisras 4 : 12 menegaskan kebenaran mutlak bahwa keselamatan Hanya dari ALLAH dan dilakukan oleh ALLAH sendiri melalui PutraNYA yang tunggal. Kemudian Yohanes 14 : 6 menandaskan melalui perkataan Kristus sendiri bahwa hanya di dalam DIA ada JALAN, ada KEBENARAN dan ada HIDUP! Bagaimanakah mungkin kita akan menegarkan tengkuk kita terus menerus sementara karya keselamatan sudah digenapi?
Kita harus hidup di dalam Tuhan yang karena kasih karuniaNYA kita telah diselamatkan oleh iman. Semua itu bukan hasil usaha kita tapi PEMBERIAN ALLAH, demikian Efesus 2 : 8-10 menegaskan.
Oleh karena itu rasa syukur dan pujian seharusnya terus menerus harus kita lakukan karena keselamatan dan kehidupan kekal telah disediakan bagi kita (PRAISE FOR THE LORD), namun saudaraku kita tidak boleh berhenti sampai disitu saja, kita harus menyatakan ketengah-tengah dunia ini bahwa keselamatan telah dianugerahkan secara cuma-cuma dan ini berlaku bagi seluruh umat manusia (TRUTH FOR THE WORLD). Matius 28 : 19 - 20 menugaskan kita untuk melakukan tugas pemberitaan kabar keselamatan kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun.
Wahyu 22 : 7 menyatakan: Sesungguhnya AKU datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini.
ALLAH menghendaki kita memuji DIA sambil melakukan pemberitaan kabar keselamatan!
Mari bekerja untuk DIA, mari jangkau jiwa-jiwa, mari layani Tuhan dengan segenap keberadaanmu. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Praise the Lord!
BalasHapus