Translate

Rabu, 01 Juli 2020

CHARACTERS DURING PANDEMIC
(KARAKTER DISAAT PANDEMI)
ROMA 12 : 2
 JANGANLAH MAU MENJADI SERUPA DENGAN DUNIA INI, TETAPI BERUBAHLAH OLEH PEMBAHARUAN BUDIMU, SEHINGGA KAMU DAPAT MEMBEDAKAN MANAKAH KEHENDAK ALLAH: APA YANG BAIK, YANG BERKENAN KEPADA ALLAH DAN YANG SEMPURNA
Pandemi Covid-19 khususnya di Indonesia ternyata belum menunjukkan tanda-tanda penurunan dari yang terdampak bahkan meningkat tajam pasca lebaran 2020. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan jumlah yang tertular namun karena banyak hal, kondisi stabil dan membaik masih jauh dari harapan. Kondisi ini bagai efek domino juga melebar ke sektor lain seperti ekonomi, kehidupan sosial, budaya, keamanan bahkan politik. Untuk itu dibutuhkan suatu sikap diri dari setiap anggota masyarakat termasuk komunitas gereja untuk menghadapi pandemi yang diprediksi belum akan berakhir sampai akhir tahun 2020. Sikap diri yang dimaksud adalah masalah karakter.
Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, watak, akhlak atau budi pekerti yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain.
Ada banyak jenis karakter, namun kali ini kita membahas 5 karakter yang dominan kita butuhkan di masa pandemi agar bukan hanya dengan berkarakter salah satu, beberapa atau kelimanya kita dapat selamat dan sehat dari Covid-19 namun juga tetap memiliki relasi yang baik dengan sesama.
Karakter-karakter tersebut adalah:
1. PENGUASAAN DIRI (WILFUL RESTRAIN)
Penguasaan diri adalah buah roh kesembilan yang disebutkan dalam Galatia 5 : 22 – 23. Penting sekali kita memiliki karakter ini di dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Orang yang tak dapat mengendalikan diri menurut Amsal 25 : 28 adalah bagaikan kota yang roboh temboknya. Bisa kita bayangkan jika suatu tembok yang melindungi kota dari serbuan lawan tentunya akan mudah untuk dikalahkan. Demikian pula di masa Pandemi ini jika kita tidak dapat mengendalikan atau menguasai diri maka Virus Corona akan dengan mudah mengalahkan kesehatan kita. Penguasaan diri yang dimaksud berupa menahan diri untuk tidak seenaknya keluar rumah kecuali untuk keadaan mendesak atau darurat. Juga menahan diri untuk sementara waktu tidak kumpul-kumpul dengan kerumunan banyak orang karena alasan bosan terus menerus di rumah dan berkomunikasi online yang memang tidak sehangat jika dilakukan saat offline. Untuk anak muda yang memang dinamis dan proaktif tentunya penguasaan diri di masa terbatasnya aktifitas tentunya sangat berat. Titus 2 : 6 mengingatkan kepada kaum muda agar dapat menguasai diri dalam segala hal, termasuk untuk sementara waktu membatasi aktifitas di luar rumah dan mengoptimalkan media online untuk melakukan segala hal.
2. KESABARAN (LONGSUFFERING)
Saya menggunakan kata Longsuffering (bukan Patience) sesuai dengan kata yang dimaksud dalam buah Roh keempat yaitu Kesabaran. Suatu kesabaran yang tepat sekali digunakan di masa Pandemi yang menurut pandangan umum penuh dengan penderitaan. Selain itu Kesabaran yang dimaksud juga menekankan kepada Ketenangan sehingga walaupun di mana-mana terjadi kepanikan dan ketakutan massal tapi di dalam Tuhan kita tetap tenang. Kesabaran bermakna kemauan keras yang harus takluk kepada proses waktu. Ketidak sabaran mudah terjadi di masa menunggu berkurangnya atau berlalunya masa pandemi. Pada proses penungguan tersebut tentu dapat menimbulkan ketidak sabaran yang dapat memicu karakter negatif lainnya seperti: resah, marah, emosi, pertengkaran yang tentunya kemungkinan terbesar terjadi dalam keluarga karena terus menerus bersama dalam 24 jam, perkataan tidak baik bahkan terimbas kepada kondisi kesehatan jasmani seperti jantung berdetak kencang, stress yang dapat melemahkan sistem imunitas tubuh yang justru seharusnya menguat agar tak takluk dengan Covid-19. Kesabaran itu menenangkan dan menguatkan serta penuh daya. Yesaya 30 : 15 menyatakan: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”
3. KERENDAHAN HATI (HUMILITY)
Kerendahan hati adalah karakter yang terus menerus harus dilatih. Kerendahan hati membuat kita bisa menerima siapapun. Petunjuk dan arahan dari pemerintah, pimpinan sinodal maupun gembala lokal dapat dengan mudah kita terima dan jalankan yang tentunya untuk kebaikan diri kita sendiri di masa Pandemi ini. Humility juga bermakna kesederhanaan. Di situasi sulit baik kesehatan dan ekonomi saat ini, memampukan kita untuk menahan diri untuk menampilkan gaya hidup sederhana, berhemat, dan tidak memamerkan diri melalui media massa bahwa kita sanggup secara ekonomi melalui masa-masa pandemi yang sulit ini sehingga mengesankan kesombongan yang dirohaniahkan. Matius 11 : 29 menyatakan: “Pikullah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-KU, karena AKU lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”
Mari kita belajar dari Kristus yang rendah hati karena selain kerendahan hati kita juga akan mendapatkan kelemah-lembutan yang mana akan menghasilkan jiwa yang tenang.
4. MUDAH BERADAPTASI (ADAPTABILITY)
Adaptasi adalah cara dan strategi bagaimana kita mampu mengatasi atau mengimbangi berbagai tekanan dalam kehidupan apapun dan semendadak apapun tekanan tersebut seperti di masa pandemi saat ini. Jangan pernah berpikir dan berharap bahwa keadaan hidup akan terus stabil tanpa gejolak dan tekanan. Anak-anak Tuhan mestinya memiliki karakter ini karena fokus imannya adalah kebenaran dan keselamatan kekal di dalam Kristus Yesus bukan pada masalah yang mungkin terasa berat dan sangat mengancam dalam konteks pendek, menengah maupun panjang.
Adaptasi juga melahirkan inovasi dan kreatifitas untuk survive khususnya mengenai ekonomi keluarga yang sudah kita bahas di pertemuan sebelumnya. Pedoman dasar sebagai landasan adaptasi di masa sulit ini bisa kita camkan dari Matius 6 : 26 yang menegaskan: “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?. Perhatikan, penegasan tidak menabur dan menuai, mengumpulkan bekal yang artinya tidak tahu apakah ada yang bisa dimakan atau tidak di hari berikutnya, ternyata juga tetap dipelihara kehidupannya, apalagi kita manusia ciptaanNYA! Dalam konteks pelayanan juga kita diingatkan akan 2 Timotius 4 : 2 yang menyatakan: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.”  Berdasarkan kebenaran Firman Tuhan ini, kita diingatkan di semua aspek kehidupan, baik maupun tidak baik semestinya kita mampu beradaptasi. Siapapun yang mampu beradaptasi, dia siap dengan semua keadaan dan tekanan yang menghadang perjalanan kehidupan jasmani maupun rohaninya.
5. SUKA MEMBERI (GIVER)
Memberi? Di masa sulit? Mengapa tidak? Ayo belajar dari janda miskin sebagaimana yang dikisahkan Kristus dalam Lukas 21 : 1 – 4, Tuhan Yesus menegaskan bahwa persembahan dua peser dari janda miskin adalah lebih banyak daripada persembahan semua orang kaya di bait Allah karena si janda miskin memberi dari kekurangannya bahkan seluruh nafkahnya sedangkan orang-orang kaya tersebut dari kelimpahannya. Memberi seperti apa yang dikehendaki Allah di masa sulit ini? Memberi dengan keyakinan bahwa Allah memelihara seluruh hidupnya, bukan dengan motivasi kalau memberi akan diberi kembali, tulus dan dengan sukacita. Kesulitan dalam memberi dengan tulus sebenarnya karena kekhawatiran akan hari esok akan apa yang akan dimakan dan dipakai. Namun ketika kita telah melakukannya maka akan ada sukacita luarbiasa di dalam hati yang akan memberi spirit untuk optimal di dalam melakukan karya karena bisa menjadi berkat bagi sesama.
Setiap anak Tuhan mestinya memiliki karakter yang kuat akan kelimanya, karena dengan demikian akan membuat seseorang tetap bersinar memancarkan kemuliaan Tuhan.
Kita tidak tahu kapan pandemi  ini benar-benar berakhir, fokuslah kepada pengharapan akan kasih dan pemeliharaan Tuhan (God Providentia) bukan kepada masalah atau tekanan itu sendiri. Tindakan yang nyata adalah meminta pembaharuan budi atau karakter kepada Roh Kudus, maka kita tidak serupa lagi dengan dunia ini. Pembaharuan karakter memberikan kita hikmat untuk mengetahui kehendak Allah di masa pandemi ini. Pemeliharaan Tuhan itu indah dan nyata sehingga tidak heran jika di masa pandemi ini anak-anak Tuhan justru lebih kuat dalam menaikkan syukur dan terimakasih kepadaNYA. Amin, Tuhan Yesus Memberkati!
 
Pertanyaan Diskusi:
1. Apa yang paling mengkhawatirkan anda selama pandemi ini? Ketertularan, Apa yang akan dimakan, pendidikan anak, kehilangan pekerjaan atau lainnya?
2. Menurut Anda, mengapa kita sulit memiliki salah satu atau seluruh karakter tersebut?
3. Dari kelima karakter tersebut, karakter mana yang ada pada anda? Ceritakan dengan kesaksian hidup yang telah anda lewati!
 
Bahan Cell Group Gabungan Via Online
Gereja Methodist Indonesia Efrata Parung Panjang
Rabu, 17 Juni 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar