TELOR DIMAKAN KUDA
Mama yang
melahirkanku tadi menelepon.
Mama: "Dimana kau?"
Papa (Anak Mama): "Dikantor lah mak." Ada apa, Mak?"
Mama: "Tolong dulu kau belikan telor dan kirim ke teman-teman mamak!"
Papa: "Teman yang mana Mak?"
Mama: "Itu loh teman-teman mamak yang pintar nyeloteh dijalanan sambil pamer-pamer kacamata hitam sama gelang-gelang emas."
Papa: "Lah, ngapain mamak kirimin mereka telor?"
Mama: "Kasihan lah, kayaknya tak sanggup mereka beli telor."
Papa: "Lah, katanya pakai gelang-gelang emas, berarti kan mampu!"
Mama: "Ah sudahlah, kau kirim sajalah. dulu mereka memang mampu, tapi sejak naik 500 perak telur sebutir, mereka sudah tak mampu lagi!"
Papa: "Kok bisa?" kan naiknya juga bukan permanen. lagian mending aku kirim telor saja sama mamak."
Mama: "Tak perlu telor sama aku, aku sudah tua, kebanyakan kolesterol nanti. lagian ikan teri nyah yang kusuka, itupun sekali-kali ikan asin. kalau telor, nanti ngap-ngap an jantungku, lagian bapakmu pun kan sudah tua. tak perlu lagi telor sama dia!"
Papa: "Loh, tapi kan teman-teman mamak pun kan sudah pada tua?"
Mama: "Memang mereka sudah pada tua, tapi junjungan mereka kan belum pada tua syahwatnya. mereka butuh telor untuk meningkatkan performa meraih kursi-kursi empuk sekalipun dikursi-kursi itu nanti agenda tentang telor untuk rakyat raib dimakan kuda!"
Papa: "Kok kuda sih mak?"
Mama: "Itulah kau, percuma sarjana. belum tahu kau kan kalau telor bisa dimakan kuda. Tapi mamak yakin, penunggang kudanya pasti tak perlu lagi sama telor. selain sudah expired, toh tak ada lagi yang masakin telor buat dia!"
Papa: "Izzz mamak inilah...sok tauk kali!"
Mama: "Tak percaya kau?" Sana ke Cendana, kau tanya sendirilah!"
#SP#310718#SD5#
Mama: "Dimana kau?"
Papa (Anak Mama): "Dikantor lah mak." Ada apa, Mak?"
Mama: "Tolong dulu kau belikan telor dan kirim ke teman-teman mamak!"
Papa: "Teman yang mana Mak?"
Mama: "Itu loh teman-teman mamak yang pintar nyeloteh dijalanan sambil pamer-pamer kacamata hitam sama gelang-gelang emas."
Papa: "Lah, ngapain mamak kirimin mereka telor?"
Mama: "Kasihan lah, kayaknya tak sanggup mereka beli telor."
Papa: "Lah, katanya pakai gelang-gelang emas, berarti kan mampu!"
Mama: "Ah sudahlah, kau kirim sajalah. dulu mereka memang mampu, tapi sejak naik 500 perak telur sebutir, mereka sudah tak mampu lagi!"
Papa: "Kok bisa?" kan naiknya juga bukan permanen. lagian mending aku kirim telor saja sama mamak."
Mama: "Tak perlu telor sama aku, aku sudah tua, kebanyakan kolesterol nanti. lagian ikan teri nyah yang kusuka, itupun sekali-kali ikan asin. kalau telor, nanti ngap-ngap an jantungku, lagian bapakmu pun kan sudah tua. tak perlu lagi telor sama dia!"
Papa: "Loh, tapi kan teman-teman mamak pun kan sudah pada tua?"
Mama: "Memang mereka sudah pada tua, tapi junjungan mereka kan belum pada tua syahwatnya. mereka butuh telor untuk meningkatkan performa meraih kursi-kursi empuk sekalipun dikursi-kursi itu nanti agenda tentang telor untuk rakyat raib dimakan kuda!"
Papa: "Kok kuda sih mak?"
Mama: "Itulah kau, percuma sarjana. belum tahu kau kan kalau telor bisa dimakan kuda. Tapi mamak yakin, penunggang kudanya pasti tak perlu lagi sama telor. selain sudah expired, toh tak ada lagi yang masakin telor buat dia!"
Papa: "Izzz mamak inilah...sok tauk kali!"
Mama: "Tak percaya kau?" Sana ke Cendana, kau tanya sendirilah!"
#SP#310718#SD5#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar