Translate

Rabu, 27 September 2017

KARUNIA ROH KUDUS BY SAOR R.S.S.S. PANJAITAN


KARUNIA ROH KUDUS
1 Korintus 12 : 4
Saor R.S.S.S. Panjaitan

Latar Belakang

Suatu kali pada suatu ibadah cell group yang saya ikuti terjadilah ‘perdebatan’ sengit mengenai karunia-karunia dari Roh Kudus. Saat itu pemimpin yang ditunjuk menyatakan bahwa karunia Roh hanya ada 9 sebagaimana yang dia kutip dari 1 Korintus 12 : 8 – 10.

Salah satu peserta yang ikut cell group kemudian melemparkan pertanyaan yang baik dan kritis mengenai kaitan antara iman dan karunia. Pertanyaan sekaligus pernyataannya tersebut menjadi pembicaraan yang hangat karena beliau menyatakan tapi juga menanyakan bahwa iman bukanlah karunia, karena secara logika mana mungkin seseorang menerima karunia jika dia belum beriman dan kepada siapa dia beriman itu adalah kehendak bebasnya. Sekilas pernyataan ini mungkin benar karena tidak mungkin karunia diberikan kepada orang yang belum memiliki iman. Singkatnya dari pernyataan sekaligus pertanyaan adalah apakah iman adalah karunia?

Sebenarnya jika membaca dengan teliti, pemimpin cell group tidak perlu bersusah payah menjawab pertanyaan tersebut sehingga proses pembelajaran Alkitab tidak menghangat.
Saya mencoba menengahi dengan menjelaskan apa yang dimaksud dengan karunia baik dari sudut pandang Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, termasuk pertanyaan yang sederhana tersebut. 1 Korintus 12 : 9 jelas menyebutkan bahwa Iman juga adalah Karunia dari Roh Kudus (Ayat 9 : Kepada yang seorang Roh yang sama MEMBERIKAN IMAN).

Hangatnya proses pembelajaran dari Cell Group malam itu terus terbawa dalam ingatan saya dan menggugah hati saya untuk menulis tentang Karunia Roh Kudus agar teman-teman dalam cell group dapat mengerti dengan baik dan jelas serta dengan pertolongan Tuhan dapat juga menjadi berkat berupa pengetahuan yang benar bagi banyak orang lainnya. Terlebih untuk pokok bahasan ini saya pernah membawakannya dalam khotbah di beberapa kesempatan ibadah seperti di Unit Kegiatan Mahasiswa Rohani Kristen Akademi Pariwisata Nusantara Jaya pada 23 Maret 2001 yang saat itu masih berkampus di Graha Cempaka Mas Jakarta Pusat, di ibadah Komisi Pemuda Gereja Kristen Kalam Kudus Gading Serpong pada 2 Maret 2013, dan paling belakangan di Persekutuan Doa Perumahan Legok Permai Tangerang pada 4 Mei 2013. Untuk itu saya terlebih dahulu ‘meminta ijin’ dan memohon dalam doa agar kiranya Roh Kudus memakai saya sebagai alatnya untuk penulisan tentang karunia ini.

Apakah Karunia itu?

Kata Yunani untuk karunia adalah Kharisma yang berasal dari kata Kharis yang didefinsikan sebagai pemberian yang diterima dengan cuma-cuma.
Perjanjian lama menyatakan bahwa Karunia adalah pengasihan Allah kepada umat Israel dimana pengasihan tersebut dilakukan oleh Roh Pengasihan (lihat Zakharia 12 : 10) atau Roh Anugerah yang memberikan pengampunan dosa. Keluaran 33 : 19 berbunyi: Tetapi firmanNYA: “Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih KARUNIA kepada siapa yang kuberi KASIH KARUNIA dan mengasihani siapa yang Kukasihani.”

Perjanjian Baru menyatakan bahwa anugerah Allah yang di dalam Yesus Kristus memperlihatkan kemurahan Allah terhadap manusia. Yesus adalah kepenuhan karunia karenanya kasih karunia dan kebenaran hanya datang dari Tuhan Yesus (Yohanes 1 : 14 – 17). Makna hakiki dari karunia adalah pemberian yang diterima dengan cuma-cuma. Paulus bahkan mengartikan lebih luas lagi mengenai karunia sebagai sambutan atau balasan terhadap pemberian Allah yang memotivasi orang untuk bersyukur. Apa yang dikatakan Paulus ini tentunya tindakan pro aktif atau respon yang bertanggung jawab atas pemberian karunia, jadi tidak pasif sehingga tidak optimal membangun jemaat.

Aneka Karunia Roh Kudus

Ada beberapa kitab dari Perjanjian Baru yang secara jelas menyebutkan jenis-jenis karunia seperti 1 Korintus, Roma dan Efesus.
1 Korintus 12 : 4 – 14 merinci ada 9 karunia yaitu:
a.   Berkata-kata dengan hikmat (Word of Wisdom)                           : (Ayat 8)
b.   Berkata-kata dengan pengetahuan (Word of Knowledge)             : (Ayat 8)
c.   Iman (Faith)                                                                                    : (Ayat 9)
d.   Menyembuhkan (Healings)                                                            : (Ayat 9)
e.   Kuasa untuk mengadakan mujizat (Working of Miracle)              : (Ayat 10)
f.    Bernubuat (Prophecy)                                                                    : (Ayat 10)
g.   Membedakan bermacam-macam roh (Discernment of Spirits)     : (Ayat 10)
h.   Berkata-kata dengan bahasa Roh (Speaking in Tongues)              : (Ayat 10)
i.    Menafsirkan Bahasa Roh ( Interpretation of Tongues)                  : (Ayat 10)

Lebih lanjut 1 Korintus 12 : 27 – 30 menyebutkan ada 8 karunia yaitu:
a.       Sebagai Rasul (Apostles)                                                             
b.      Sebagai Nabi (Prophetss)
c.       Sebagai Pengajar (Teachers)
d.      Mengadakan Mujizat (Miracles)
e.       Menyembuhkan (Healings)
f.       Melayani (Helps)
g.      Memimpin (Administrations)
h.      Berkata-kata dalam bahasa Roh (Varietiesof Tongues)
Semua dirinci dalam ayat ke 28.

Roma12 : 6 – 8 merinci karunia sebagai berikut:
a.   Bernubuat (Prophecy)                                                                   : (Ayat 6)
b.   Melayani (Ministry)                                                                      : (Ayat 7)
c.   Mengajar (Teaching)                                                                     : (Ayat 7)
d.   Menasehati (Exhortation)                                                             : (Ayat 8)
e.   Membagi-bagikan sesuatu (Giving)                                              : (Ayat 8)
f.    Leading (Memberi pimpinan)                                                       : (Ayat 8)
g.   Menunjukkan kemurahan (Showing Merry)                                 : (Ayat 8)

Efesus 4 : 11 menyebutkan ada 5 karunia yaitu:
a.       Rasul (Apostles)
b.      Nabi (Prophets)
c.       Pemberita Injil (Evangelists)
d.      Gembala (Pastors)
e.       Pengajar (Teachers)

Selain di ketiga kitab di atas masih ada lagi disebutkan jenis karunia lainnya seperti:
Perjanjian Lama:
a.       Keahlian/Ketrampilan tertentu (Craftsmanship) antara lain:
          Membuat pakaian imam (Keluaran 28 : 3)
          Memintal bulu kambing (Keluaran 35 : 26)
          Membuat tenunan (Keluaran 35 : 35)
          Mendirikan tempat kudus (Keluaran 36 : 1)
          Pekerjaan tembaga (1 Raja-raja 7 : 14)
b.      Menafsirkan mimpi (Interpretation of Dreams) (Kejadian 41 : 12; Daniel 1: 17)
c.       Pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai tulisan dan hikmat (Daniel 1 : 17)
d.      Memainkan musik untuk pujian dan penyembahan kepada Allah (1 Tawarikh 23 : 5; 2 Tawarikh  5 : 13; 2 Tawarikh 34 : 12)

Perjanjian Baru:
a.       Peramah (Hospitality) (Yakobus 3 : 17)
b.      Selibat (Celibacy) (Matius 19 : 12)
c.       Mengetahui kerajaan sorga (Matius 13 : 11)
d.      Menjadi orang yang sangat berguna bagi orang-orang percaya (Kisah Para Rasul 18: 27)
e.       Menderita untuk Kristus (Filipi 1 : 29; 1 Petrus 2 : 19 – 20).

Mengenai jumlah Karunia Roh Kudus terdapat beberapa perbedaan. Ada yang menyatakan hanya beberapa, ada 8, ada juga berpendapat 27 namun ada juga yang menyatakan tidak dapat ditentukan. Untuk tidak membingungkan maka prinsipnya adalah bahwa penulis Alkitab tidak bermaksud membuat daftar lengkap seluruh Karunia Roh yang ada. Sepenuhnya otoritas dari Roh Kudus untuk memberikannya baik yang telah tertulis dalam Alkitab maupun yang diberikan kemudian demi membangun jemaat Tuhan. Berapapun jumlahnya yang terpenting adalah bahwa semua Karunia tersebut berasal dari satu Roh yaitu Roh Kudus (1 Korintus 12 : 4).

Pro dan Kontra Tentang Eksistensi Karunia Roh

Sebagian kalangan Protestan berpendapat bahwa beberapa Karunia Roh tertentu seperti bahasa Roh/Lidah (Glossolalia) saat ini sudah tidak ada lagi karena hanya diperlukan pada saat gereja mula-mula (Cessationism)
Bagi kalangan Karismatik, Pantekosta, Katolik Roma. Ortodoks dan beberapa Protestan tertentu berpendapat bahwa semua karunia Roh masih relevan sampai saat ini (Continualism).

Pro dan kontra seperti ini sebenarnya tidak perlu menjadi sesuatu yang menyebabkan ‘disfungsinya’ organ-organ dari tubuh Kristus karena perdebatan yang mengedepankan keegoan masing-masing denominasi. Tujuan dari diberikannya Karunia Roh tegas disebutkan dalam Efesus 4 : 12; 1 Korintus 14 : 12, 26 yaitu untuk membangun dan memperlengkapi jemaat atau gereja. Pembangunan tentunya membutuhkan akar yang kuat dan pertumbuhan yang baik sehingga menghasilkan buah-buah yang baik sesuai dengan tri tugas panggilan gereja di tengah-tengah dunia ini yaitu Marturia, Koinonia dan Diakonia.

Kepemilikan Karunia Roh

Semua Karunia Roh yang diberikan Allah kepada seseorang dengan tingkatan, efektifitas dan implementasi yang berbeda-beda demi terciptanya kemajuan dalam pemberitaan firman, persekutuan dan pelayanan sosial yang terus menerus baik secara kuantitas terlebih dan terutama kualitas rohani jemaat Tuhan secara komunal.

Timbul satu pertanyaan: Apakah semua orang memiliki minimal 1 karunia?
Karena Karunia Roh adalah berasal atau diberikan oleh Roh Kudus, maka tentunya hanya bagi orang-orang yang percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnyalah karunia tersebut akan diberikan. Siapapun orang Kristen yang percaya kepada Kristus maka Kristus bertahta di hatinya, dengan demikian ada Roh Kudus dalam hatinya. Orang seperti inilah yang pasti memiliki minimal 1 Karunia Roh yang semuanya diarahkan untuk membangun serta memperlengkapi jemaat.

Karunia Roh tidak dapat dipaksakan untuk diminta dan tidak juga dapat dibeli dengan apapun. Pada peristiwa yang melibatkan Simon seorang Magus yang suka berlagak seolah-olah orang penting karena keahliannya dalam melakukan sihir yang kemudian bertobat karena pemberitaan Injil oleh Filipus di Kisah Para Rasul 8 : 9 – 24, Petrus memarahinya karena berusaha meminta (Ayat 18: Menawarkan sejumlah uang) Karunia Roh Kudus. Pada ayat 20 Petrus berkata: “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang.” Syukurnya Thomas si petobat baru dan sudah dibaptis itu bersegera meminta ampun atas kesalahannya dan memohon agar Petrus berdoa baginya agar tidak dibinasakan sebagaimana yang telah dikatakan oleh Petrus.

Jelaslah disini bahwa Karunia Roh sepenuhnya mutlak atas kehendak Roh Kudus dan diberikan dengan cuma-cuma. Namun demikian kita bisa memintanya kepada Roh Kudus. 1 Timotius 4 : 14 menyebutkan bahwa Karunia Roh diberikan oleh nubuat dan penumpangan tangan sidang penatua. Artinya Karunia Roh bisa dimintakan bahkan bukan hanya satu melainkan bisa lebih dari satu.

Siapapun yang telah menerima Karunia Roh maka dia harus bertanggung jawab dan aktif dalam mengimplementasikannya karena jika tidak aktif digunakan dapat melemahkan tubuh Kristus. Contohnya: Jika seseorang mendapatkan karunia mengajar atau melayani, maka jika dia tidak aktif atau rajin melaksanakan Karunia tersebut tentunya akan berpengaruh secara signifikan kepada pertumbuhan jemaat. Perlu diingat bahwa tidak semua orang cakap mengajar maupun melayani. Jika seseorang sudah menerima karunia ini maka Allah memberikannya kecakapan dalam melakukan karunia tersebut.

Motivasi Melakukan Karunia Roh

Setiap penerima karunia Roh haruslah melandasi seluruh motivasinya dengan kasih. Menarik untuk direnungkan perihal rupa-rupa karunia yang terdapat dalam 1 Korintus 12 dengan judul perikop yang diberikan oleh Lembaga Alkitab Indonesia yaitu “Rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh” (Ayat 1 – 11) dan “Banyak anggota, tetapi satu tubuh” (Ayat 12 – 31) serta kemudian dipertegas lagi di dalam 1 Korintus 14 yang berjudul “Sekali lagi tentang karunia Roh”, pada kedua pasal ini ditengahi (‘digandeng’) oleh pasal 13 yang berjudul kasih!

Begitu luar biasanya Roh Kudus mengilhami Rasul Paulus dalam menulis kitab 1 Korintus dan pada ketiga pasal tersebut di atas tersusun dengan sistematis dan sempurna. Bayangkan jika seseorang memiliki karunia bernubuat atau menyembuhkan ataupun berkata-kata dengan pengetahuan. Jika karunia ini diselewengkan atau disalah gunakan maka akan muncul manusia-manusia jumawa yang bukannya membangun jemaat namun meninggikan/menguntungkan dirinya sendiri ataupun juga merasa menjadi orang penting seperti Simon dari Magus tadi.

1 Korintus 13 : 2 yang berbunyi: “Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.” Ayat ini tegas mengingatkan kepada siapapun yang memiliki karunia Roh bahwa sehebat dan sebanyak apapun karunia Roh yang kita miliki (menurut persepsi kita) maka semuanya adalah kesia-siaan jika kita tidak mempunyai kasih! Bahkan pengorbanan diri yang mencengangkan seperti menyerahkan tubuh untuk dibakar demi sesama adalah percuma jika tidak dilandasi oleh kasih.

Evaluasi atas penggunaan Karunia Roh diarahkan pada motivasi, efektifitas dan optimalisasi dengan memperhatikan jenis jenis pelayanan baik yang bersifat internal maupun eksternal. Atas semua kegiatan penggunaan Karunia Roh semua pelaku harus menyadari bahwa hanya Tuhanlah yang selalu dimuliakan.

Pentingnya Pengetahuan Tentang Karunia Roh

Para gembala, penatua dan pimpinan jemaat lainnya haruslah peka dan memiliki pengetahuan yang baik akan karunia Roh ini. Pengetahuan dimulai dengan pembelajaran akan Firman Tuhan yang membahas mengenai Karunia Roh. Dibutuhkan kerendahan hati untuk mendapatkan hikmat marifat dari Roh Kudus sehingga tidak salah dalam memahaminya. Sebagai contoh para pemimpin jemaat harus mengerti dengan baik dan benar perbedaan antara Karunia dan Talenta. Demikian pula jenis-jenis karunia yang terdapat dalam Alkitab. Pengetahuan yang benar akan jenis karunia yang satu dengan yang lainnya tentunya juga merupakan karunia dari Roh Kudus dan penempatan seseorang ke dalam suatu pelayanan akan tepat sasaran sesuai dengan karunia yang dimiliki.

Firman Tuhan sendiri sebenarnya cukup jelas menerangkan apakah seseorang sedang melakukan karunia Roh atau tidak dan bagaimana dengan efektifitasnya terhadap jemaat. Contohnya mengenai berbahasa Roh. 1 Korintus 14 : 14 menyatakan: “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa Roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.” Kondisi seperti ini tentunya tidak efektif sama sekali dalam membangun jemaat karena bukankah hanya orang yang berbahasa roh itu sendiri yang mungkin menyadari sedangkan bagi jemaat sendiri yang menyaksikannya tentunya akan dihinggapi kebingungan kapan akan mengaminkan atas doa dalam bahasa roh tersebut (1 Korintus 14 : 16). Paulus menulis bahwa untuk hal semacam itu, siapapun yang berkarunia berbahasa roh maka ia harus berdoa supaya kepadanya atau orang-orang yang berada didekatnya juga diberikan karunia untuk menafsirkannya (1 Kor 14 : 13, 27, 28). Lebih keras lagi Paulus menyatakan jika satu jemaat berbahasa roh lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, bukankah mereka akan mencap bahwa jemaat tersebut gila (1 Korintus 14 : 23)?

Contoh lainnya adalah karunia menyembuhkan (Healings). Tentunya jika Allah berkehendak menyembuhkan seseorang dan DIA memakai seseorang sebagai alatnya dengan memberikan karunia menyembuhkan tersebut, tentunya prosesi penyembuhan yang terjadi tidak perlu melibatkan media yang aneh-aneh, umpamanya harus membakar dupa atau memotong ayam ataupun kambing, menggunakan bunga tujuh rupa atau juga harus berendam di sungai atau kolam tertentu. Itu bukanlah penggunaan karunia menyembuhkan, tapi dukun yang sedang beraksi dan tentunya menggunakan kuasa roh kegelapan. Kalau para pemimpin jemaat tidak paham akan perkara seperti ini, betapa berbahayanya keadaan sekumpulan jemaat. Bukannya membangun tapi malah menghancurkan.

Karunia Roh adalah kehendak Allah, untuk itu setiap orang percaya harus mengenali dan mengerjakan karunia tersebut serta mengembangkannya demi membangun jemaat dan memperluas kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini. Pengetahuan yang benar akan karunia Roh bukan hanya meningkatkan efektifitas pelayanan namun juga merupakan pertanggung jawaban iman yang harus dilakukan baik oleh pelaku karunia Roh, pemimpin dan seluruh jemaat Tuhan.

Penutup

Karunia Roh berasal dan diberikan oleh Roh Kudus kepada mereka yang percaya kepada Kristus secara cuma-cuma dengan tujuan membangun jemaat. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru ada mencantumkan jenis-jenis Karunia Roh. Setiap orang percaya pasti memiliki satu karunia dan pada beberapa lainnya mungkin memiliki lebih dari satu karunia. Karunia Roh harus dipertanggung jawabkan dengan melakukannya secara efektif dengan motivasi kasih. Terakhir, Apakah karuniamu?

Minggu, 24 September 2017

AITEO Saor R.S.S.S. Panjaitan


AITEO

Yesaya 38 : 1 – 8

Saor R.S.S.S. Panjaitan



Selasa pagi seperti biasanya saya memposting sebuah quote di Facebook. Kebiasaan yang sudah saya lakukan sejak 4 Januari 2017 dan seharipun tidak pernah alpa. Terkadang hanya satu quotes namun ada juga yang dalam satu hari sampai sepuluh quotes. Kebiasaan ini sangat saya syukuri karena selain menyampaikan apa yang “diinspirasikan dalam pikiran” juga diharapkan dapat menjadi berkat atau bahkan sebagai pembawa “tulisan kebenaran” bagi siapapun yang sudi membacanya. Dari keseluruhan quotes tidak ada satupun yang mengutip ataupun menggunakan kata-kata dari orang lain. Semua mengalir begitu saja dengan mudahnya dan oleh karena itu saya percaya bahwa ada Penginspirasi dibalik semuanya itu.

Untuk memudahkan melacak tanggal pemostingan, dibagian paling bawah setiap quotes selalu saya cantumkan tanggal berupa angka dalam empat sampai enam digit. Sebelum tanggal saya cantumkan inisial SP yang merupakan kepanjangan dari Saor Panjaitan. Pencantuman insial lebih ditujukan kepada pernyataan bahwa saya bertanggung jawab atas semua quotes yang saya tuliskan dan andaikanpun ada yang hendak men-share atau mengutip quotes tersebut, maka saya selalu menghimbau untuk mencantumkan inisial pembuat atau nama saya demi mempertanggung jawabkannya jika ada yang keberatan atau merasa tersinggung dengan salah satu quotes yang saya buat. Jika dihitung, mungkin lebih kurang sudah seribu quotes yang pernah saya posting. Betapa hebatnya Tuhan yang mengijinkan saya sebagai saluran quotes-NYA.

Setelah berbulan-bulan memposting quotes campuran dari berbagai thema berdasarkan apa yang muncul dalam pikiran ataupun situasi kondisi baik sosial, politik dan lainnya, belakangan saya memposting dengan menetapkan thema harian. Ada yang tentang Keluarga, Kematian, Nasionalisme, Toleransi, Peran Ayah, Kebenaran, Peradaban, Sorga, Neraka, Anarkisme, Kerendahan Hati, Kesabaran, Kasih, Kekuasaan, Pikiran dan berbagai thema lainnya.

Pada Selasa pagi, 12 September 2017 yang lalu, saya memposting quote dengan thema harian tentang kematian. Salah satu quotes berbunyi: “DOA BISA MENUNDA KEMATIAN”.

Quotes  tersebut sebenarnya terinspirasi dari saat saya membawakan renungan pada ibadah doa pagi yang dilaksanakan rutin setiap Sabtu pagi yang dimulai pada pukul 05.30 WIB di Gereja Methodist Indonesia Efrata yang berada di dalam perumahan Griya Parung Panjang Kabupaten Bogor.

Renungan yang saya bawakan saat itu berjudul “SEPERTI APA DOAMU” dan dimulai dengan menjabarkan 5 Jenis Doa yaitu Parakaleo, Deomai, Aiteo, Erotao dan Euchomai. Kelimanya berasal dari bahasa Yunani.

Kata doa yang akan saya uraikan berikut ini adalah tentang AITEO,  – untuk keempat jenis doa lainnya semoga saya dapat uraikan juga dilain waktu dan tentunya akan saya kaitkan dengan quotes yang berkaitan dengannya – yang artinya mengajukan permohonan.

Setiap dari kita yang meyakini adanya Sang Adi Kodrati tentunya menyadari bahwa doa adalah media utama dan terutama dalam berkomunikasi dengan Sang Pencipta.

Dalam agama apapun, doa menjadi ritual utama mulai dari saat pewahyuan diturunkan sampai pada permohonan pengampunan atas jeratan dosa yang begitu merantai kehidupan seseorang. Doa bisa dilakukan sendiri dalam kamar kosong sembari bertelut ataupun yang diujarkan di dalam hati dengan atau tanpa mata yang terpejam dan jemari yang terangkai dalam suatu perjalanan, entah menuju kantor atau ketika pulang kampung. Doa juga bisa dilakukan bersama-sama, baik yang disuarakan secara serempak bersamaan maupun yang dipimpin oleh seseorang sebagai pendoa syafaat.

Doa juga sering dilakukan sembari menaikkan pujian penyembahan maupun yang dinaikkan bersamaan dengan deraian air mata. Dengan berdoa sebenarnya harus timbul suatu keyakinan yaitu betapa rapuhnya kita tanpa Tuhan dan betapa dekatnya Tuhan itu karena jaraknya hanya sebatas doa. Oleh karena itu setiap pendoa adalah mereka yang berusaha mendekatkan diri dengan Tuhannya karena adanya suatu kebutuhan maupun timbulnya perasaan syukur dan terima kasih karena kehidupan yang begitu indah yang dirasakannya.

Mereka yang terbiasa berdoa biasanya memiliki kerendahan hati dan empati yang besar karena ketekunan tersebut membawanya kepada kerinduan untuk mendahulukan mendoakan orang lain dibandingkan pemenuhan atas kebutuhannya sendiri.

Doa adalah keharusan bahkan perintah langsung dari Sang Penerima Doa agar setiap ciptaanNYA senantiasa tetaplah berdoa (1 Tesalonika 5 : 17). Tuhan juga mengajarkan suatu strategi doa yang efektif yang berkenan dan menyenangkan hatiNYA. Perhatikan Matius 6 : 9 – 10 yang adalah doa pembukaan dari Doa Bapa Kami. Kristus mengajarkan untuk memulai doa dengan mengakui kekudusan dan kebesaranNYA. Ayat 9 dimulai dengan kalimat imperatif: “Karena itu berdoalah demikian” lalu dilanjutkan dengan “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah namaMU, datanglah kerajaanMU, jadilah kehendakMU di bumi seperti di sorga. Kalimat awal dari DOA BAPA KAMI ini adalah suatu kelumrahan yang harus diucapkan dan diakui oleh para pendoa. Setelah kalimat pengakuan akan kebesaranNYA maka kita bebas mengajukan permohonan kepada BAPA.

Kitab 2 Raja-raja, 1 dan 2 Tawarikh mengisahkan tentang eksistensi Hizkia bin Ahas sebagai Raja Yehuda ke-13 (725 – 697 SM). Dia raja yang kuat dan percaturan politik kerajaan-kerajaan saat itu mengakui dia sebagai pemimpin yang bijaksana. Hizkia memulihkan tempat dan prosesi peribadatan, mencari pertolongan Tuhan saat melawan Asyer, merayakan kembali paskah yang tidak pernah lagi dilakukan sejak pecahnya  kerajaan kesatuan, membuat kolam dan saluran air ke dalam kota Yerusalem namun ‘over dosis sukacita’ saat bakal penawan bangsa Israel di kemudian hari yaitu kerajaan Babel saat dipimpin oleh Merodakh Baladan bin Baladan mengiriminya surat dan pemberian pasca kesembuhannya dari sakit lalu memamerkan segenap harta benda kerajaannya kepada utusan Babel tersebut. Suatu keteledoran yang akhirnya ditegur Tuhan melalui Yesaya dimana kelak bangsa Israel mengalami masa pembuangannya yang pertama pasca ditaklukkan oleh Babel dimasa pemerintahan raja Nebukadnezar.

Prestasi tertinggi dari Hizkia di mata Allah sebenarnya adalah tentang kebijakannya menutup bukit-bukit pengorbanan kepada ilah-ilah lain dan pemusatan peribadahan di Bait Allah. Suatu kebijakan yang bisa disimpulkan bahwa Hizkia adalah Raja Yehuda yang saleh dan mau merendahkan dirinya melalui doa-doa yang dinaikkannya kepada Allah.

Quote DOA BISA MENUNDA KEMATIAN sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas sebenarnya diharapkan bisa memancing berbagai komentar kritis dari teman-teman di media sosial. Bagi mereka yang percaya bahwa Tuhan yang menentukan umur manusia mungkin bisa berkomentar seperti: Bagaimana mungkin jika umur sudah ditentukan waktunya masih bisa lagi dimintakan perpanjangan, atau bagi mereka yang meyakini filsafat Fatalisme yang percaya bahwa manusia sudah ditentukan takdir atau nasibnya sehingga tidak bisa lagi mengubah jalan hidup atau cita-citanya karena sudah ditentukan dari sejak dilahirkan. Saya juga menantikan pernyataan lain seperti kritikan yang menyatakan saya sok tahu atau bertindak seperti Tuhan atau bahkan menyesatkan. Tapi tidak ada komentar yang bisa memanaskan lapak FB saya. Quote tersebut bahkan sepi komentar dan jempol tanda like. Cuma 3 like dan satu comment berupa animasi anjing yang berjingkrak kesenangan atasnya. Cukup aneh, karena biasanya quotes yang saya posting rata-rata mendapat lebih dari 10 like di luar comment. Tapi sudahlah, mungkin di lain hari ada yang melihat lagi quote yang saya harapkan kontroversial ini.

Pernyataan DOA BISA MENUNDA KEMATIAN bukan sekadar asal tulis. Yesaya 38 : 1 – 8 adalah dasar teologis yang melatar belakangi keberanian saya mempostingnya.

Mari kita lihat apa yang dikatakan ayat-ayat tersebut. Dikisahkan suatu kali Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Ayat paralel dengan kisah ini terdapat juga di dalam 2 Raja-raja 20 : 1 – 11 dan 2 Tawarikh 32 : 24 – 26. Pada 2 Raja-raja 20 : 7 ada tertulis bahwa penyakit yang diderita oleh Hizkia adalah Barah, sejenis penyakit kulit yang membengkak dan bernanah (bisul). Mungkin bukan bisul biasa karena dengan sakit tersebut dia akan segera mati. Yesaya sebagai utusan Tuhan menyampaikan bahwa Hizkia harus menyampaikan pesan terakhir kepada keluarganya akan kematian ini.

Begitu Yesaya menyampaikan pesan Tuhan ini serta merta Hizkia memalingkan mukanya kearah dinding dan langsung berdoa. Kesalehan hidupnya menuntun reaksi spontan yang tepat atas pesan ini. Isi doanya adalah jenis doa Aiteo yaitu permohonan untuk disembuhkan dan dengan demikian tidak segera mati.

Hizkia mengawali doanya dengan mengingatkan kepada Tuhan akan apa yang telah dilakukannya (Ayat 3) : “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMU dengan setia dan dengan tulus hati apa yang baik di mataMU. Setelah mengatakan itu dia menangis dengan sangat. Raja bijaksana dan saleh itu merendahkan dirinya dihadapan Allah dengan menangis yang saya percaya mungkin lebih dari tangisan anak-anak secara ekspresif.

Setelah mengingatkan Tuhan dengan kalimat tersebut tentunya dia mengajukan permohonan dalam tangisannya atas keputusan yang telah ditetapkan kepadanya. Pada ayat 16 yang berisikan karangan Hizkia sesudah ia sakit dan sembuh dari penyakitnya menegaskan permohonannya: Ya Tuhan, karena inilah hatiku mengharapkan Engkau; tenangkanlah rohku, BUATLAH AKU SEHAT, BUATLAH AKU SEMBUH! Ini jelas sebuah permohonan.

Maka tak terbantahkan bahwa DOA BISA MENUNDA KEMATIAN adalah sesuatu yang possible, sesuatu yang benar secara teologis. Tidak ada keraguan dan kesesatan di dalamnya.

Untuk dikabulkannya suatu permohonan bahkan atas kasus yang sudah final diperlukan argumen kuat yang faktual. Mari kita kembali ke ayat 3. Di situ kita melihat ada 2 hal yang saya percaya menjadi perhitungan bagi Allah untuk mengabulkan doa Hizkia.

Kedua hal itu adalah SETIA dan TULUS HATI. Kesetiaan adalah kepercayaan yang dilakukan dengan tekun, taat dan teguh. Dibutuhkan iman yang kokoh dan keyakinan total untuk dapat berlaku setia. Kesetiaan bukan hanya dilakukan atau diperlihatkan dihadapan kepada siapa seseorang setia, namun saat tidak dihadapannya pun kesetiaan tetap konsisten dilakukan bahkan Wahyu 2 : 10 menyatakan harus dilakukan sampai mati. Untuk itu dibutuhkan ketulusan hati yang bergandengan tangan erat dengan kesetiaan sehingga berkenan kepada siapa seseorang menunjukkan kesetiaan dan ketulusan hatinya. Kesetiaan dan ketulusan adalah sifat dari orang-orang kudus.

Kesetiaan dan ketulusan hati Hizkia dibenarkan oleh Allah karena setelah dia menaikkan doa permohonan, serta merta Allah langsung mengabulkan permohonannya. 2 Raja-raja 20 : 4 – 6  membuktikan hal ini. Belum lagi Yesaya keluar dari pelataran tengah istana, Allah langsung berfirman untuk disampaikan kepada Hizkia bahwa IA telah mendengar doanya dan mengindahkan air matanya. Bukan hanya perpanjangan usia lima belas tahun lagi bahkan Allah memberikan ‘bonus’ bagi kerajaan yang dipimpinnya akan dilepaskan dari tangan raja Asyur bahkan memagari Yerusalem dari bahaya apapun!

Apakah Aiteo-mu? Apapun itu naikkanlah dengan keyakinan, sementara itu hiduplah dalam Kesetiaan dan Ketulusan Hati, maka Tuhan berkenan akan doa-doamu. Tuhan Yesus Memberkati.