Translate

Selasa, 18 Agustus 2015

Antara Dosa, Belas Kasihan dan Kebaikan Budi



Antara Dosa, Belas Kasihan dan Kebaikan Budi
Matius 18 : 21 – 35
Saor R.S.S.S. Panjaitan

 
Dosa adalah tindakan manusia secara perorangan ataupun secara bersama-sama yang menyimpang dari kehendak dan hukum Allah.
Alkitab mencatat dalam Kejadian 3 bahwa pertama kali manusia jatuh dalam dosa adalah karena ketidak taatannya pada perintah Allah dan ambisi ingin menyamai Allah. Pasca peristiwa kejatuhan manusia dalam dosa yang pertama tersebut menjadikan manusia begitu rentannya terhadap dosa dan selain Kristus dipastikan bahwa semua manusia berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 5 : 12; Roma 3 : 23) padahal upah dari dosa adalah maut (Roma 6 : 23a).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa saya dan anda adalah pendosa yang pasti dihukum. Celakanya adalah, di dalam kecenderungan untuk terus berbuat dosa ternyata manusia tidak mampu untuk mengusahakan dirinya terbebas dari jerat dosa itu. Diperlukan suatu upaya adi kodrati atau tindakan illahi sendiri untuk membereskan keberdosaan manusia.
Pribadi yang telah dikhianati dan kepadaNYA manusia telah melakukan pemberontakan adalah ALLAH, padahal manusia justru adalah ciptaanNYA yang paling sempurna karena dibuat secitra/segambar dengan DiriNYA sendiri. Sebagai kesayanganNYA tentu Allah tidak membiarkan ciptaanNYA ini semua masuk ke dalam maut. Allah sendiri harus bertindak turun menjadi sama dengan manusia dalam rupa Kristus untuk menyelamatkan manusia yang rapuh itu.
Keselamatan memang anugerah cuma-cuma yang disediakanNYA, namun bukan berarti serta merta berlaku tanpa adanya respon dari manusia itu sendiri. Diperlukan kesadaran akan keberdosaan manusia untuk kemudian mengambil tindakan pengakuan dan penyesalan serta permohonan belas kasihan Allah untuk memulihkan hubungan yang telah rusak itu. Ketika ini dilakukan manusia, maka belas kasihan Allah akan berlaku dan pengampunan yang memulihkan akan diberikanNYA dengan cuma-cuma.
Pada perumpamaan yang langsung dikisahkan oleh Tuhan Yesus di Matius 18, diajarkan kepada kita bahwa pengampunan yang Allah berikan sesungguhnya pengampunan yang melampaui akal pikiran manusia.
Raja menghapuskan hutang dari hambanya sebesar sepuluh ribu talenta, mari coba kita hitung:
Saat itu, seluruh pajak yang dibayarkan oleh wilayah yang mencakup Yudea, Idumea, Samaria dan Galilea adalah sebesar 800 talenta, berarti jauh lebih kecil dibandingkan hutang si hamba!
1 Talenta = 6.000 Dinar, berarti 10.000 Talenta = 60.000.000 Dinar.
Dinar adalah mata uang Romawi senilai upah harian seorang buruh, jika upah 1 hari untuk buruh (di Indonesia) adalah Rp. 100.000, maka,
10.000 Talenta = 60.000.000 x 100.000 = 6.000.000.000.000 (terbilang: Enam trilyun Rupiah!)
Lalu berapakah 100 Dinar? Hanya Rp. 10.000.000 saja!
Jika dibandingkan dengan hutang si hamba kepada Raja berarti hutang hamba lain tersebut jika dibulatkan hanya 0,0002% saja!
Menarik untuk diperhatikan, tindakan dan kata-kata yang digunakan si hamba Raja adalah: sujud menyembah raja dan mengatakan "sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan". Hanya dengan tindakan dan kata-kata ini, Raja tergerak hatinya dan menghapuskan semua hutangnya.
Sementara tindakan si hamba itu sendiri kepada hamba lainnya yang adalah kawannya sendiri adalah begitu bertemu ia langsung menangkap, mencekik dan pastinya dengan keras mengatakan: "bayar hutangmu!"
Temannya itupun melakukan hal yang sama yaitu sujud dan memohon dengan kata-kata yang mirip yaitu: "sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan", namun si hamba menolak bahkan memenjarakan kawannya itu.
Bayangkan, hutang yang tidak mungkin dilunasi, diampuni dan dibebaskan dan jangan lupa bukan hanya dirinya yang dibebaskan dari hutang tapi juga istri, anak dan segala miliknya tidak dijual (dibebaskan), sementara kawan si hamba yang mungkin untuk bisa dilunasi hanya beresiko terhadap dirinya sendiri yang dipenjarakan, namun anak, isteri dan segala miliknya tidak terkena resiko akibat dari besarnya hutang tersebut!
Begitulah kita manusia, sering membesar-besarkan kesalahan ataupun dosa orang lain sementara diri kita sendiri yang adalah pendosa yang telah dibelaskasihani sudah lebih dahulu diampuni. Artinya pengampunan dosa karena belas kasihan Alllah seharusnya justru membuat kita bermurah hati dan senantiasa mudah untuk memberi pengampunan kepada mereka yang bersalah kepada kita.
Mari kita belajar dari perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan ini, mari juga kita meneladani apa yang Paulus katakan dalam 1 Timotius 1 : 15, ".....Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa."
Jika orang sekaliber Paulus bisa sedemikian rendah hati dan menyadari jati dirinya, hendaknya kita yang biasa-biasa namun dijadikan luar biasa karena diampuni dosa dan kesalahan serta menjadi ahli waris kerajaanNYA senantiasa murah untuk berbelas kasihan dan melakukan kebaikan-kebaikan karena Allah telah lebih dahulu memberikan belas kasihanNYA dan kebaikanNYA kepada kita.
Jika saat ini anda teringat akan dosa dan kesalahan saudaramu atau siapapun baik yang baru maupun dari masa lampau, segeralah doakan dia dan lepaskan pengampunan kepadanya, maka hidupmu akan berkenan kepadaNYA. Hidup yang berkenan kepada Allah adalah hidup yang senantiasa melakukan kebaikan. Amin. TYM.
*SP*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar