Antara
Dosa, Belas Kasihan dan Kebaikan Budi
Matius 18 : 21 – 35
Saor R.S.S.S. Panjaitan
Dosa adalah tindakan manusia
secara perorangan ataupun secara bersama-sama yang menyimpang dari kehendak dan
hukum Allah.
Alkitab mencatat dalam Kejadian 3
bahwa pertama kali manusia jatuh dalam dosa adalah karena ketidak taatannya
pada perintah Allah dan ambisi ingin menyamai Allah. Pasca peristiwa kejatuhan
manusia dalam dosa yang pertama tersebut menjadikan manusia begitu rentannya
terhadap dosa dan selain Kristus dipastikan bahwa semua manusia berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 5 : 12; Roma 3 : 23) padahal upah
dari dosa adalah maut (Roma 6 : 23a).
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa saya dan anda adalah pendosa yang pasti dihukum. Celakanya adalah, di
dalam kecenderungan untuk terus berbuat dosa ternyata manusia tidak mampu untuk
mengusahakan dirinya terbebas dari jerat dosa itu. Diperlukan suatu upaya adi
kodrati atau tindakan illahi sendiri untuk membereskan keberdosaan manusia.
Pribadi yang telah dikhianati dan
kepadaNYA manusia telah melakukan pemberontakan adalah ALLAH, padahal manusia
justru adalah ciptaanNYA yang paling sempurna karena dibuat secitra/segambar
dengan DiriNYA sendiri. Sebagai kesayanganNYA tentu Allah tidak membiarkan
ciptaanNYA ini semua masuk ke dalam maut. Allah sendiri harus bertindak turun
menjadi sama dengan manusia dalam rupa Kristus untuk menyelamatkan manusia yang
rapuh itu.
Keselamatan memang anugerah
cuma-cuma yang disediakanNYA, namun bukan berarti serta merta berlaku tanpa
adanya respon dari manusia itu sendiri. Diperlukan kesadaran akan keberdosaan
manusia untuk kemudian mengambil tindakan pengakuan dan penyesalan serta
permohonan belas kasihan Allah untuk memulihkan hubungan yang telah rusak itu.
Ketika ini dilakukan manusia, maka belas kasihan Allah akan berlaku dan
pengampunan yang memulihkan akan diberikanNYA dengan cuma-cuma.
Pada perumpamaan yang langsung
dikisahkan oleh Tuhan Yesus di Matius 18, diajarkan kepada kita bahwa
pengampunan yang Allah berikan sesungguhnya pengampunan yang melampaui akal
pikiran manusia.
Raja menghapuskan hutang dari
hambanya sebesar sepuluh ribu talenta, mari coba kita hitung:
Saat itu, seluruh pajak yang
dibayarkan oleh wilayah yang mencakup Yudea, Idumea, Samaria dan Galilea adalah
sebesar 800 talenta, berarti jauh lebih kecil dibandingkan hutang si hamba!
1 Talenta = 6.000 Dinar, berarti
10.000 Talenta = 60.000.000 Dinar.
Dinar adalah mata uang Romawi
senilai upah harian seorang buruh, jika upah 1 hari untuk buruh (di Indonesia)
adalah Rp. 100.000, maka,
10.000 Talenta = 60.000.000 x
100.000 = 6.000.000.000.000 (terbilang: Enam trilyun Rupiah!)
Lalu berapakah 100 Dinar? Hanya
Rp. 10.000.000 saja!
Jika dibandingkan dengan hutang
si hamba kepada Raja berarti hutang hamba lain tersebut jika dibulatkan hanya
0,0002% saja!
Menarik untuk diperhatikan,
tindakan dan kata-kata yang digunakan si hamba Raja adalah: sujud menyembah
raja dan mengatakan "sabarlah dahulu, segala hutangku akan
kulunaskan". Hanya dengan tindakan dan kata-kata ini, Raja tergerak hatinya
dan menghapuskan semua hutangnya.
Sementara tindakan si hamba itu
sendiri kepada hamba lainnya yang adalah kawannya sendiri adalah begitu bertemu
ia langsung menangkap, mencekik dan pastinya dengan keras mengatakan:
"bayar hutangmu!"
Temannya itupun melakukan hal
yang sama yaitu sujud dan memohon dengan kata-kata yang mirip yaitu:
"sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan", namun si hamba
menolak bahkan memenjarakan kawannya itu.
Bayangkan, hutang yang tidak
mungkin dilunasi, diampuni dan dibebaskan dan jangan lupa bukan hanya dirinya
yang dibebaskan dari hutang tapi juga istri, anak dan segala miliknya tidak
dijual (dibebaskan), sementara kawan si hamba yang mungkin untuk bisa dilunasi
hanya beresiko terhadap dirinya sendiri yang dipenjarakan, namun anak, isteri
dan segala miliknya tidak terkena resiko akibat dari besarnya hutang tersebut!
Begitulah kita manusia, sering
membesar-besarkan kesalahan ataupun dosa orang lain sementara diri kita sendiri
yang adalah pendosa yang telah dibelaskasihani sudah lebih dahulu diampuni.
Artinya pengampunan dosa karena belas kasihan Alllah seharusnya justru membuat
kita bermurah hati dan senantiasa mudah untuk memberi pengampunan kepada mereka
yang bersalah kepada kita.
Mari kita belajar dari
perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan ini, mari juga kita meneladani apa yang
Paulus katakan dalam 1 Timotius 1 : 15, ".....Kristus Yesus datang ke
dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang
paling berdosa."
Jika orang sekaliber Paulus bisa
sedemikian rendah hati dan menyadari jati dirinya, hendaknya kita yang
biasa-biasa namun dijadikan luar biasa karena diampuni dosa dan kesalahan serta
menjadi ahli waris kerajaanNYA senantiasa murah untuk berbelas kasihan dan
melakukan kebaikan-kebaikan karena Allah telah lebih dahulu memberikan belas
kasihanNYA dan kebaikanNYA kepada kita.
Jika saat ini anda teringat akan
dosa dan kesalahan saudaramu atau siapapun baik yang baru maupun dari masa
lampau, segeralah doakan dia dan lepaskan pengampunan kepadanya, maka hidupmu
akan berkenan kepadaNYA. Hidup yang berkenan kepada Allah adalah hidup yang
senantiasa melakukan kebaikan. Amin. TYM.
*SP*