BELAJAR YANG SEJATI
Mazmur 119, Yosua 22
: 5 dan Mazmur 63 : 9
SAOR R.S.S.S. PANJAITAN
Mengajar bukan hanya sekedar
mentransfer ilmu pengetahuan bagi yg diajar. Mengajar memberi kesempatan emas
kepada pengajar untuk mempersiapkan bahan ajar yg baik berdasarkan rencana
pembelajaran yg jauh jauh hari telah disiapkan dan disosialisasikan kepada yang
diajar. Disebutkan sebagai kesempatan emas karena persiapan bahan membuat
pengajar harus belajar lagi, memperbarui ilmu yang dikuasai berdasarkan
kemajuan jaman, menyiapkan strategi pengajaran yg metodis, aplikatif dan
membuka kesempatan pada yang diajar untuk bertanya atau bahkan memberi argumen
terbalik atas materi yg disampaikan.
Setelah proses persiapan dan
penyampaian materi selesai, pengajar juga harus mengevaluasi performanya yang
bisa didapatkan dari respon dari yang diajar di ruang belajar maupun nilai
ujian yang dihasilkan. Merupakan keprihatinan yang mendalam bagi pengajar jika
ternyata nilai akhir dari yang diajar mayoritas tidak memenuhi standar minimal
yg dipersyaratkan, bahkan bagi pengajar yg baik, satu saja dari yang diajarnya
tidak berhasil itu merupakan keprihatinan yg mendukakannya.
Ketidak berhasilan mungkin saja
karena faktor kekurangmampuan akademik maupun ketidak mampuan menggunakan
proses belajar dengan baik. Faktor ini tentunya dari yang diajar. Bisa juga karena
ketidakmampuan pengajar dalam menjabarkan bahan ajar atau ketidak tegasan
pengajar dalam membina dan memotivasi para terajar untuk berjuang menguasai
materi ajar dengan baik.
Hal yang juga sangat
memprihatinkan pengajar adalah saat proses pembelajaran berlangsung, yang
diajar mengabaikan pengajaran yg diberikan. Respon seperti ini sebenarnya
adalah suatu pengabaian yang menunjukkan kurang atau bahkan tiadanya respek
yang diajar kepada pengajar. Tidak perlu menunggu sampai masa uji akhir
dilakukan, bisa dipastikan hasil negatif akan diperoleh para terajar.
Dalam konteks rohani, Pengajar
sejati yg maha benar dan sempurna tentunya memberi tuntunan baik berupa bahan
bahan ajar dari lingkup alam semesta yang menguatkan kebenaran materi ajar dari
Pengajar sejati, interaksi sesama terajar, logika dan hati nurani bahkan
tersedianya bahan ajar yg telah terkodifikasi, hasil dari titah maupun
perjalanan sejarah terajar yg didokumentasikan oleh para utusannya.
Menyedihkan bagi Pengajar sejati
nan agung jika para terajar mengabaikan semua bahan ajar yg sudah dibeberkan
didepan mata rohani dan iman para terajar. Lebih memprihatinkan lagi jika para
terajar saling menggigit dan mencakar ketika proses pembelajaran sedang
dijalani para terajar. Bagaimana mungkin dapat mengarahkan seluruh eksistensi
diri kehadapan Pengajar sejati jika masih menyibukkan diri untuk mencakar
diantara sesama terajar.
Andaikanpun saat proses belajar
itu para terajar mengklaim sedang menghayati dan mengaplikasikan semua bahan
ajar dari Pengajar sejati, pastilah itu hanya pepesan kosong berwarna
kemunafikan dan seruan-seruan para terajar yg mencoba membela diri dengan
meneriakkan bahwa mereka sedang mempraktikkan bahan ajar dari Pengajar sejati
hanya akan terdengar bagaikan lolongan lirih yang dari kualitasnya pun jelas
meragukan dan memprihatinkan.
Perhatikan: Bahan ajar dari
Pengajar sejati dan agung hanya dapat dihayati dan diimplementasikan ketika
kita betul betul melekat kepadaNYA.TYM.
*SP*